TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, mengharapkan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuannya. Sebab, bunga bank yang tinggi membuat biaya operasi membengkak. Bunga rendah akan meningkatkan data saing Indonesia.
"Kalau bunga bank bisa diturunkan pasti akan menggairahkan sektor riil," katanya di menara Kadin, Selasa, 17 November 2015. Pertanyaan itu disampaikan Kadin menyikapi Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia siang ini. Salah satu bahasan RDG adalah penetapan BI rate.
Menurut Bambang, suku bunga kredit Indonesia tertinggi di antara negara-negara kawasan Asia Tenggara. Bahkan, bila dibandingkan dengan Filipina, tingkat suku bunga di Indonesia dua kali lipatnya. "Jadi bagaimana caranya kita bisa bersaing," ujarnya.
Suryo menuturkan kekhawatiran akan capital outflow bila BI menurunkan suku bunga, yakni faktor kepercayaan pelaku bisnis. Sebab, dengan bunga bank yang tinggi, banyak yang memarkirkan uangnya di luar negeri. Menurutnya, perlu ada keseimbangan menyangkut suku bunga yang tepat.
"Jadi, kalau BI menurunkan (suku bunga) walaupun sedikit, mengirimkan sinyal yang postif bagi dunia usaha," tuturnya. Ia menambahkan sinyal ini penting dan diperlukan karena pemerintah sudah merasa yakin ekonomi membaik.
Suryo berujar dunia usaha melihat BI seharusnya menurunkan suku bunga sejak setahun lalu. Namun, Suryo memaklumi BI yang melihat dari sudut pandang makro. "Saya pikir enggak bisa juga terlalu lama ekonomi kita yang bunga banknya tinggi. Kita kan mau masuki pasar MEA, persaingan makin ketat," kata Suryo.
Selain itu menurutnya, akses terhadap kredit juga penting. Bila bunga bank turun namun kebijakan uang ketat masih diterapkan, manfaat yang dirasakan tidak akan besar.
AHMAD FAIZ IBNU SANI