TEMPO.CO, Jakarta - Operasional gedung yang menjalankan konsep hijau atau green building diakui mampu menghemat pemakaian listrik hingga 40 persen.
General Manager Marketing Corporate PT PP Properti Tbk Tjakra D. Puteh mengatakan, dalam setiap pengembangan proyeknya, perusahaan selalu menerapkan konsep green building atau bangunan hijau.
Konsep hijau tidak hanya menekankan pada besarnya lahan untuk taman dan pepohonan, tetapi juga fasilitas pedestrian, pengolahan dan penampungan air, serta penghematan listrik.
Dari segi material, untuk membuat bangunan hijau memang dibutuhkan biaya lebih besar, yaitu sekitar 30 persen dibandingkan proyek standar. Namun, nantinya penghematan listrik bisa mencapai 40 persen.
"Kami harus mengurangi margin laba untuk menutup ongkos karena harga harus tetap bersaing dengan produk lain," ujarnya di sela acara Property Expo di Jakarta, Sabtu (14 November 2015).
Pada proyek Grand Kamala Lagoon di Bekasi, Jawa Barat, perusahaan berkode emiten PPRO ini berencana mengembangkan 40 menara hunian pada lahan seluas 28,2 hektare. Perkiraan kebutuhan listrik pun mencapai 100 megawatt. Oleh karena itu, perseroan berencana mengembangkan power plant baru untuk menjawab kebutuhan.
Dalam penghematan penggunaan listrik, setiap unit menara hunian tersambung dengan pipa gas alam yang bisa digunakan pada kompor dan pemanas air.
Mengutip data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), bangunan gedung selama ini diperkirakan mengonsumsi lebih dari sepertiga sumber daya yang ada di dunia, memakai 12 persen dari total air bersih yang ada, dan menyumbang hampir 40 persen dari total emisi di bumi.
Secara investasi, gedung hijau menaikkan biaya 2-8 persen lebih mahal. Namun, kelebihan ongkos tersebut bisa tertutupi dari penghematan biaya operasional selama 3 tahun.
BISNIS