TEMPO.CO, Jakarta - PT Waskita Karya (Persero) Tbk telah mendirikan perusahaan patungan empat badan usaha milik negara penggarap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Perusahaan patungan ini diberi nama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia.
Dalam laporan yang diumumkan di situs Bursa Efek Indonesia, akta pendirian Pilar Sinergi BUMN Indonesia sebenarnya sudah ditandatangani Waskita, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Kereta Api Indonesia (Persero), dan PT Perkebunan Nusantara VIII pada 2 Oktober 2015. Selanjutnya Pilar Sinergi BUMN Indonesia akan menyertakan modal di perusahaan patungan antara mereka dan investor asing.
"Perusahaan patungan tersebut akan melaksanakan proyek penyelenggaraan jasa kereta api cepat untuk Jakarta-Walini-Bandung," bunyi pengumuman itu, seperti dikutip situs Bursa Efek Indonesia, Selasa, 6 Oktober 2016.
Di Pilar Sinergi BUMN Indonesia, PT Wijaya Karya menguasai 38 persen saham dengan modal yang disetor sebesar Rp 1,7 triliun. PTPN VIII dan KAI menguasai masing-masing 25 persen saham dengan modal Rp 1,125 triliun. Dan Jasa Marga menguasai 12 persen saham dengan modal Rp 540 miliar.
Sebelumnya, Menteri Negara BUMN Rini Soemarno menuturkan pemerintah telah memilih Cina dalam proyek kereta cepat ini. Dalam proposal Cina sebelumnya, konsorsium BUMN Indonesia nantinya akan memegang 60 persen saham dalam proyek. Sisanya dikuasi konsorsium BUMN Cina. Sedangkan untuk modal, 75 persen dari total biaya US$ 5,583 miliar berasal dari pinjaman pemerintah Cina. Sisanya berasal dari modal konsorsium BUMN Cina.
Belum diketahui dari mana sumber modal empat BUMN tersebut dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Dalam rapat kerja antara Kementerian BUMN dan Komisi BUMN Dewan Perwakilan Rakyat hari ini, telah disepakati bahwa Jasa Marga mendapat penyertaan modal negara sebesar Rp 1,125 triliun serta Wijaya Karya sebesar Rp 4 triliun dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara 2016. Namun DPR menggarisbawahi bahwa penyertaan modal negara tidak boleh digunakan untuk proyek kereta cepat.
KHAIRUL ANAM