Transparansi juga dinilai penting oleh ekonom dari Indef, Dzulfuan Syafrian. Musababnya, masyarakat semakin pesimistis terhadap kebijakan pemerintah. Pada September 2015, Bank Indonesia mencatat optimisme konsumen hanya 97,5 persen lebih rendah dari Agustus yaitu 112,6 persen.
"Saat Presiden dilantik pasar bergairah, ketika masuk 2015 kepercayaan tergerus. Pemerintah janji turunkan Premium tapi terus menggerus kepercayaan pasar terkait kredibilitas pemerintah," kata Dzulfuan.
Baca juga:
Kurang dari 24 Jam, Seribu Orang Tanda Tangan Petisi Adlun
KASUS SALIM KANCIL: Soekarwo Jelaskan Status Tambang di Lumajang
Ekonom dari Indef, Imaduddin Abdullah, mengatakan pemerintah terlalu lupa mempertimbangkan sisi daya beli masyarakat. Buktinya, deflasi 0,05 persen pada September 2015 menunjukkan daya beli masyarakat sangat rendah, padahal faktor ini dinilai mampu menopang konsumsi domestik.
"Misalnya dengan menggelontorkan stimulus ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, dan intensif cash transfer seperti dana desa," kata dia.
Presiden Joko Widodo berjanji mengumumkan kemungkinan perubahan harga bahan bakar minyak jenis Premium pada Senin, 5 Oktober 2015.
"Jadi, ada kemungkinan (turun), masih dalam kalkulasi. Dilaporkan nanti kepada saya hari Senin (5 Oktober 2015). Kalau bisa diumumkan, kalau enggak bisa pun diumumkan," kata Presiden.
PUTRI ADITYOWATI