TEMPO.CO, Jakarta - Lemahnya daya beli masyarakat saat ini tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap bisnis pemindaian. "Pengaruh itu ada, tapi kita juga menaikkan harga. Jadi keuntungan masih stabil," kata Randy Soegiharta Chandra, Direktur Reycom Document Solusi, saat ditemui di Jakarta, Kamis, 10 September 2015.
Meningkatnya kebutuhan pendokumentasian itu membuat optimisme Randy akan bisnis alat pindai (scanner) ini bertambah. Ia mengatakan isu-isu pengurangan pemakaian kertas yang tengah didengung-dengungkan masyarakat saat ini tidak membuat pendokumentasian menggunakan kertas berhenti. "Malah semakin naik," ujar Randy.
Pada era yang serba digital seperti saat ini, Randy melihat bisnis tersebut memiliki prospek yang bagus. Industri yang paling banyak menggunakan jasa RDS adalah bidang keuangan dan pemerintahan. RDS saat ini sudah memiliki lebih dari 50 klien. Dari showroom baru saja, menurut Randy, RDS sudah mendapatkan empat klien swasta dan satu dari pemerintah.
Faisal Rachman, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Teknologi Informasi PT Taspen, mengatakan hal senada. Menurut Faisal, saat ini kertas masih dibutuhkan. "Digitalisasi di Indonesia masih 40 persen, yang 60 persen konvensional," tutur Faisal.
Rendahnya penyerapan teknologi digitalisasi bersangkutan dengan regulasi pemerintah yang tidak mengizinkan pemakaian dokumen digital dalam birokrasi. "Mungkin sampai 50 tahun ke depan ini masih bertahan," ucap Faisal.
Menurut Randy, hambatan tidak berasal dari isu pengurangan pemakaian kertas, melainkan dari keraguan masyarakat untuk mendigitalkan dokumennya. "Karena regulasi, kebanyakan masyarakat menganggap soft file itu tidak penting," kata Randy.
MAYA AYU