TEMPO.CO, Yogyakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) khawatir melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan membuat perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor gulung tikar.
Ketua Apindo Daerah Istimewa Yogyakarta Buntoro mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah jelas merepotkan perusahaan berbahan baku impor. Pengusaha tidak bisa menaikkan harga jual produk seiring dengan menurunnya daya beli masyarakat akibat merosotnya nilai tukar rupiah. Penjualan yang menurun membuat mereka harus melakukan efisiensi, di antaranya pengurangan tenaga kerja atau pemutusan hubungan kerja.
“Jalan terakhir bagi perusahaan yang megap-megap dan merugi adalah menutup usaha,” kata Buntoro, ketika dihubungi Tempo, Rabu, 9 September 2015.
Buntoro menyatakan Apindo kini sedang menginventarisasi perusahaan yang sudah melakukan pemutusan hubungan kerja maupun yang gulung tikar akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Perusahaan yang melakukan PHK, kata dia, tergolong perusahaan yang sulit bertahan. Bila pemerintah tidak segera bertindak, maka ia khawatir perusahaan-perusahaan sejenis akan melakukan tindakan serupa.
Buntoro mengatakan beban biaya produksi perusahaan berbahan baku impor cukup besar. Selain bahan baku, komponen produksi lainnya yang harus ditanggung adalah listrik dan kebutuhan bahan bakar minyak. Sayangnya, pemerintah tidak tanggap terhadap persoalan itu. Di tengah turunnya harga minyak mentah dunia, pemerintah tak kunjung menurunkan harga bahan bakar minyak. Tarif listrik juga tak dibenahi.
Dalam situasi itu, Buntoro mengajak orang untuk tidak pesimistis. Catatan Apindo menunjukkan sejumlah perusahaan yang bertahan dalam keadaan saat ini. Misalnya perusahaan yang berorientasi ekspor peralatan rumah sakit, yang mengalami peningkatan pesanan. UKM yang mengandalkan bahan baku lokal juga bertahan. “Tidak semua perusahaan terpuruk,” katanya.
SHINTA MAHARANI