TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) menyatakan Indonesia mengirimkan surat permintaan untuk bergabung kembali dengan organisasi tersebut pada Selasa, 8 September 2015.
OPEC menyambut langkah itu setelah Indonesia menyatakan niatnya kembali pada Juni 2015.
Indonesia, yang kaya sumber daya dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, adalah bagian dari OPEC selama hampir 50 tahun sampai menangguhkan keanggotaannya pada 2009 setelah menjadi pengimpor minyak bersih.
Kembalinya ke OPEC dipandang sebagai cara bagi Indonesia untuk mengakses pasokan minyak yang lebih murah ketika permintaan melonjak di tengah penurunan produksi dalam negeri.
"Indonesia telah mengajukan permintaan resmi ke OPEC untuk mengaktifkan keanggotaan penuh dalam Organisasi," kata OPEC, yang berbasis di Wina, Austria, dalam sebuah pernyataan pada Selasa.
OPEC menyatakan Menteri Energi Sudirman Said akan diundang menghadiri pertemuan rutin kartel berikutnya pada 4 Desember 2015 di ibu kota Austria yang sekaligus akan meresmikan pengaktifan kembali keanggotaan Indonesia.
Indonesia, kata OPEC, telah berkontribusi banyak terhadap sejarah organisasi tersebut. “Kami menyambut kembalinya Indonesia ke Organisasi.”
Anggaran dasar OPEC menyatakan setiap negara dengan ekspor bersih minyak mentah yang besar bisa menjadi anggota penuh.
Namun, menurut analis, keanggotaan asosiasi adalah mungkin bagi negara-negara yang tidak memenuhi syarat sebagai anggota penuh--tentu saja Indonesia mungkin akan mengikuti itu.
OPEC, ujar pengamat, menyambut permintaan Indonesia karena kembalinya negara tersebut memperluas basis geopolitik kartel meliputi Asia saat kartel menghadapi tekanan atas kemerosotan harga minyak,
OPEC beranggotakan 12 negara dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin, dengan produksi sekitar sepertiga dari minyak dunia.
Namun, selama tahun lalu, anggota-anggotanya, termasuk produsen terbesar Arab Saudi, Iran, Venezuela dan Nigeria, telah melihat pendapatan mereka turun tajam karena pasokan minyak mentah global yang berlimpah menyebabkan harga minyak jatuh lebih dari 50 persen.
ANTARA