TEMPO.CO, Jakarta - Penjualan properti di pasar sekunder mengalami penurunan seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pasar yang lesu juga membuat harga properti terkoreksi.
Principal Li Realty Ali Hanafia mengatakan, hingga akhir tahun ini, prospek penjualan properti di pasar sekunder pasar akan tetap lesu. "Hampir sama dengan penurunan permintaan, turun 50-60 persen," ujarnya, Kamis, 13 Agustus 2015.
Dia menuturkan penjualan rumah sekunder dalam sebulan kini hanya 15 unit per minggu. Padahal sebelumnya penjualan bisa mencapai 30 unit tiap pekan. Pasar properti sekunder saat ini lebih diramaikan konsumen, bukan investor.
Ali menjelaskan, penjualan properti paling anjlok terjadi untuk segmen properti berharga Rp 3-5 miliar. Setali tiga uang, harga properti sekunder juga mengalami koreksi. Dia mencontohkan, harga tanah per meter persegi di Kebayoran baru turun menjadi Rp 70 juta dari sebelumnya sekitar Rp 100 juta.
Menurut Ali, koreksi harga terjadi karena harga properti mengalami kenaikan yang tidak wajar pada periode 2013-2014. "Saat booming, harga naik gila-gilaan, naik 100-200 persen. Itu kan enggak wajar," tuturnya.
Kendati hingga akhir tahun ini pasar properti sekunder diproyeksi kian redup, Ali yakin pasar akan kembali bergairah pada 2017. Dia mengatakan, selama pemerintah bisa mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi, pasar properti akan bergairah kembali.
WIDAYATI | BISNIS.COM