TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah selalu waspada dengan pelemahan mata uang rupiah karena hal tersebut merupakan salah satu daya ekonomi nasional. Dia berharap Bank Indonesia menjaga nilai tukar rupiah ke level aman. "Yang penting rupiah jangan terlalu undervalue dan overvalue," katanya saat ditemui di kantornya, Senin, 27 Juli 2015.
Kementerian Keuangan sedang mengupayakan nilai tukar rupiah tidak memberatkan dunia usaha. Meski begitu, Bambang menuturkan pihaknya juga memperhatikan keseimbangan eksternal bahwa dolar menguat terhadap semua mata uang.
Dia mengatakan semua mata uang dunia, termasuk rupiah, melemah karena terkena sinyal The Fed yang akan menaikkan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau Fed Rate sebelum akhir tahun.
"Itu yang dijadikan spekulasi oleh para investor mata uang saat ini. Tapi kalau kita lihat rupiah terhadap euro dan dolar Australia itu justru posisinya menguat. Jadi artinya ini pelemahan dolar karena dolar dijadikan save haven oleh investor," katanya.
Pada pembukaan perdagangan hari ini rupiah melemah 5 persen ke level Rp 13.453 per dolar Amerika. Adapun pada penutupan perdagangan Kamis lalu, 24 Juli 2015, rupiah berada di level Rp 13.448 per dolar Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah terus melemah hingga mendekati level terburuk pada masa krisis moneter 1998.
Pada akhir pekan lalu, OJK mengeluarkan 35 kebijakan dalam rangka menciptakan stimulus bagi pertumbuhan perekonomian nasional. Kebijakan itu terdiri atas 12 kebijakan di sektor perbankan, 15 kebijakan di sektor pasar modal, empat kebijakan di sektor industri keuangan nonbank, dan empat kebijakan di bidang edukasi dan perlindungan konsumen. Diharapkan kebijakan itu mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, sehingga dapat menahan sentimen negatif dari eksternal.
ALI HIDAYAT