TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman menganggap rantai distribusi menjadi salah satu penyebab tingginya harga di pasaran. Ini salah satunya terjadi pada bahan pokok daging.
"Harga tinggi tidak semata-mata karena tidak ada stok. Masalah ada di rantai distribusi," kata Amran di kantornya pada Senin, 13 Juli 2015. Ia mengaku terkejut saat menemukan harga daging di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, sebesar Rp 120 ribu per kilogram, atau jauh di atas harga normal.
Menurut dia, stok sapi nasional saat ini ada 221 ribu ekor atau cukup hingga pasca-Lebaran. Harga karkas di feed lotter peternak pun terhitung rendah, yakni Rp 36-38 ribu per kilogram. Normalnya, menurut Amran, saat mencapai pasaran harga berkisar Rp 85-90 ribu per kilogram.
Melambungnya harga ini mengingatkan Amran pada kasus bawang merah yang juga sempat melonjak beberapa pekan lalu. Karena kendala di rantai distribusi, harga di pasaran melonjak hingga empat kali lipat dari harga jual petani.
Karena itu, Amran mengupayakan pemangkasan rantai distribusi. Kementeriannya telah menyiapkan langkah-langkah khusus untuk pemenuhan daging berharga murah di dalam negeri. "Salah satunya dengan inseminasi buatan (IB). "Untuk itu, saat ini Kementan sudah menyiapkan anggaran untuk IB 3,8 juta ekor sapi di beberapa wilayah, seperti NTT, NTB, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Selain itu, masih terus diupayakan integrasi sawit-sapi dan pengadaan sapi indukan.
Tak hanya itu, Amran juga membuka pintu bagi investor asing yang berminat untuk berusaha di sektor peternakan sapi. Beberapa waktu lalu Amran menerima lima duta besar dari Prancis, Singapura, Mesir, Arab Saudi, dan India. Salah satunya, yakni India, menunjukkan minat besar untuk investasi sapi di Indonesia. Saat ini sudah ada sembilan perusahaan investasi sapi dari Brasil, India, dan Australia.
"Inginnya bisa lepas dari impor, sebab itu melemahkan petani," kata Amran.
URSULA FLORENE SONIA