TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Sahabat Sampoerna, bank yang dimiliki kelompok usaha Sampoerna, berencana menggelar penawaran umum saham perdana (initial public offering) pada 2019.
Ali Rukmijah, Direktur Utama Bank Sampoerna, mengatakan perseroan akan melantai di bursa jika posisi aset telah mencapai Rp 20 triliun. Adapun, hingga Juni 2015 posisi aset mencapai Rp 4,9 triliun atau tumbuh 78 persen secara tahunan.
"Kalau mau go public tahun depan bisa, tapi gak menarik bagi investor. Rencana kami, kalau aset sudah Rp 20 triliun dan RoA (Return on assets) 3 persen, itu menarik buat investor. Secara nasional, gak banyak bank yang punya RoA 3 persen," katanya di Jakarta, Kamis, 9 Juli 2015.
Ali menyebut, perseroan setiap tahun perlu menumbuhkan aset lebih dari 50 persen. Pertumbuhan aset yang konsisten di level yang tinggi menurutnya bisa mengantarkan bank pada posisi aset Rp 20 triliun pada 2019 mendatang.
Sebelum IPO, Ali menyebut komitmen pemilik tetap tinggi untuk mengucurkan modal. Dia mengatakan, di kuartal III tahun ini pemilik berniat menambah modal bank sekitar Rp 165 miliar. Adapun, tahun lalu induk usaha telah menyuntikkan dana segar sebesar Rp 130 miliar.
Sebagaimana diketahui, Bank Sampoerna dimiliki oleh Grup Sampoerna Strategic melalui PT Sampoerna Investama dan Grup Alfa melalui PT Cakrawala Mulia Prima.
Di sisi lain, hingga akhir tahun perseroan menargetkan pertumbuhan kredit sebesar seratus persen. Per Juni 2015, pertumbuhan kredit perseroan mencapai 88 persen menjadi Rp 3,79 triliun. Selain itu, Bank Sampoerna juga menargetkan perolehan laba bisa mencapai dua kali lipat dari realisasi hingga paruh pertama atau sekitar Rp 57,84 miliar.
BISNIS.COM