TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menjajaki bisnis petrokimia. Hari ini PT Pertamina dan PT Pupuk Indonesia menandatangani nota kesepahaman terkait Kajian Pengembangan Pabrik Petrokimia Berbasis Gas dan Batu Bara di Kantor Kementerian BUMN, Rabu, 1 Juli 2015.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno menyatakan kerja sama tersebut akan memperkuat BUMN. “Perjanjian kerja sama ini untuk memanfaatkan produk yang mereka produksi untuk dipergunakan di BUMN,” kata Rini usai menyaksikan penandatanganan kerja sama di kantornya.
Menurut Rini, kerja sama antara Pertamina dan Pupuk Indonesia akan menekan penggunaan komponen dari luar negeri. Dengan begitu, akan menambah nilai aset BUMN yang kini sebesar Rp 4.500 triliun. “Saya harapkan 2019 asetnya harus lebih dari Rp 10 ribu triliun,” katanya.
Ruang lingkup kerja sama antara lain penyusunan studi kelayakan pengembangan pabrik petrokimia berbasis gas dan batu bara, lalu pengembangan kapabilitas di bidang EPC (Engineering, Procurement, Construction) dan O&M (Operartions and Maintenance) melalui akuisisi PT Rekayasa Industri.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan kerja sama dengan Pupuk Indonesia akan mendorong Pertamina ke arah sektor hilir. Menurut Dwi, ada potensi bagi Pertamina untuk mengembangkan sektor tersebut. “Kami akan bergerak ke arah sana,” ujar Dwi.
Baca Juga:
Arifin Tasrif, Dirut Pupuk Indonesia, menjelaskan produk hilir selama ini banyak yang diimpor. Dengan kerja sama bersama Pertamina, Arifin berharap program hilir dapat dijalankan dalam beberapa tahun ke depan. “Ini harus dikerjakan oleh putra bangsa,” kata Dwi.
SINGGIH SOARES