TEMPO.CO, Kupang - Menteri Perindustrian Saleh Husin berencana menjadikan daerah asalnya, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai produsen garam industri. Menurut dia, laut di daerah tersebut memenuhi kualifikasi untuk pembuatan garam industri, yang spesifikasinya berbeda dengan garam dapur.
"Umumnya laut kita menghasilkan garam konsumsi yang kandungan NaCl 94 persen ke bawah. Hanya sedikit perairan yang punya potensi menghasilkan garam industri, salah satunya di NTT," kata dia melalui siaran pers yang diterima Tempo pada Ahad, 7 Juni 2015.
Untuk garam industri, yang dibutuhkan adalah yang memiliki kandungan natrium klorida atau NaCl di atas 97,4 persen dengan kandungan air yang sangat rendah. Meski memiliki wilayah laut sangat luas, tak semua perairan di Indonesia mampu menghasilkan garam dengan spesifikasi tersebut.
Menurut Saleh, di NTT ada lima daerah yang cocok yaitu Nagekeo, Ende, Kabupaten Kupang, Sumba Timur, dan Rote. Ia berencana mengembangkan garam industri di kelima daerah itu.
Selain itu, ia juga berniat mengembangkan dua industri lainnya. Pertama ada industri gula yang akan difokuskan di tiga daerah yaitu Sumba Barat Daya, Timor Tengah Selatan, dan Rote. Untuk satu pabrik gula, diperlukan 10 ribu hektare lahan tebu. Saat ini, kementerian terkendala masalah lahan.
"Memang ada masalah tapi kan di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Dan syukurlah, Bupati Sumba Barat Daya siap menyediakan lahan," ujar Menteri kelahiran Rote ini.
Terakhir adalah industri kecil menengah khas NTT. Salah satu ialah industri tenun ikat yg merupakan keunggulan provinsi ini. Sejauh ini, Kementerian Perindustrian telah membantu dengan memberikan bantuan peralatan, pelatihan termasuk teknik pewarnaan alami.
Tenun ikat di NTT, dia menjelaskan, kaya motif karena masing-masing pulau memiliki motif yang berbeda dan dipengaruhi latar belakang budaya dan punya nilai filosofi. "Seperti warna dasar gelap menggambarkan kerasnya prinsip kehidupan di NTT dan merah sebagai lambang keberanian berusaha," katanya.
URSULA FLORENE SONIA