TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan BBM RON 90 Pertalite yang akan diluncurkan oleh Pertamina dalam waktu dekat ini harganya harus di bawah harga Premium saat ini.
"Ketika pemerintah mengeluarkan Pertalite tetapi harganya lebih mahal dari Premium berarti masih ada mafia gas," kata Direktur Indef Enny Sri Hartati di Hotel Sari Pan Pasific di Jakarta, Kamis.
Enny mengatakan selama ini yang menjadi sumber ketidakefisienan Pertamina adalah Premium.
Pasalnya untuk membuat BBM RON 88 itu, minyak impor yang semula memiliki RON 90 atau RON 92 harus diturunkan menjadi RON 88.
"Untuk menurunkan RON itu perlu ongkos lagi dan hanya dapat dilakukan di Singapura," kata Enny.
Jadi, jika Indonesia ingin menjual RON 90 seharusnya harganya di bawah Premium, karena harganya lebih kompetitif karena dapat dipasok dari banyak negara seperti negara di Timur Tengah atau Afrika dan juga tidak membutuhkan dana untuk menurunkan RON-nya.
Menurut dia, masyarakat tidak akan masalah membeli BBM yang tidak bersubsidi asalkan pemerintah dapat menjamin kehadiran Peretalite harganya di bawah Premium dan kualitasnya berada di atas Premium.
"Bagi masyarakat, yang penting kebutuhannya BBM dapat terpenuhi, apalagi jika pemerintah dapat menjual Pertalite dengan harga yang di bawah Premium dan kualitasnya di atas Premium," kata Enny.
Pertamina sendiri belum menentukan berapa harga yang akan dipatok untuk BBM Pertalite tersebut.
Menurut Direktur Pertamina Dwi Soetjipto harga Pertalite akan berada di atas harga Premium dan di bawah Pertamax.
Dia juga mengatakan Pertalite hadir sebagai pilihan masyarakat dalam menggunakan BBM, bukan untuk menghapus BBM Premium yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
ANTARA