TEMPO.CO, Jakarta - Faktor eksternal kembali menjadi penyebab stagnannya nilai tukar rupiah. Di transaksi pasar uang hari ini, Rabu, 18 Maret 2015, rupiah hanya menguat tipis 3 poin (0,02 persen) ke level 13.178 per dolar Amerika Serikat. Rupiah bergerak stagnan sepanjang perdagangan dan hanya mondar-mandir pada posisi 13.150-13.200 per dolar.
Ekonom dari PT Bank Permata Tbk, Joshua Pardede, mengatakan suasana ketidakpastian menjelang FOMC Meeting bank sentral Amerika (The Fed) membuat rupiah masih sulit menguat. Apabila tidak ada intervensi Bank Indonesia, pasar masih melepas aset berdenominasi rupiah. "Pelaku pasar menunggu sinyal apa yang akan diberikan The Fed terkait dengan rencana kenaikan suku bunga," ujarnya.
Sejak The Fed mengemukakan rencananya memperketat kebijakan moneter, pasar diliputi ketidakpastian. Ketidakpastian itu mencakup berapa besar jumlah kenaikan bunga yang akan dipatok serta kapan waktunya. Selama ini, para petinggi bank federal selalu mengeluarkan kata-kata yang bersayap sehingga menimbulkan situasi spekulatif.
Menurut Joshua, The Fed sebaiknya mulai memberikan petunjuk yang lebih jelas terkait dengan kebijakan moneternya agar memunculkan kepastian di pasar. Meskipun beberapa indikator ekonomi Amerika yang muncul belakangan cenderung negatif, kejelasan diperlukan untuk menghindari capital outflow dan aksi-aksi spekulatif di pasar berkembang.
"Bank sentral negara-negara lain juga kesulitan merumuskan kebijakan moneternya karena masih menunggu The Fed," tuturnya. Mata uang regional bergerak bervariasi hingga pukul 17.20 WIB. Dolar Singapura melemah 0,33 persen terhadap dolar AS, won melemah 0,08 persen, yen menguat 0,16 persen, yuan menguat 0,32 persen, rupee melemah 0,01 persen, dan ringgit melemah 0,3 persen.
PDAT | M. AZHAR