TEMPO.CO, Surabaya - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dikeluhkan perusahaan di Jawa Timur. Terutama perusahaan yang masih mengandalkan bahan baku impor. "Dengan dolar tembus hampir Rp 13 ribu, kami teler," kata Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Timur Heribertus Gunawan kepada Tempo, Rabu, 17 Desember 2014. (Baca: Rupiah Jeblok, Industri Berbasis Impor Terpukul)
Sebelumnya, perusahaan harus menyesuaikan dengan upah minimum kabupaten dan kota 2015 yang kenaikannya mencapai 23-37 persen. Sekarang dunia industri kembali dihadapkan pada menguatnya dolar.
Padahal di Jawa Timur, banyak perusahaan yang masih bergantung pada bahan substitusi impor, seperti pipa, garmen, dan kosmetik. "Kalau perikanan dan ekspor masih oke, tapi yang impor sangat terasa," kata Heribertus. (Baca:Dolar Naik, Industri Lokal Bisa Untung)
Untuk mengatasi tingginya UMK, Heribertus menuturkan, beberapa perusahaan sudah melakukan relokasi. Hal itu mengakibatkan adanya pengurangan pegawai bagi yang tidak bersedia ikut pindah.
Sekarang, kata Heribertus, para pengusaha sedang merapatkan barisan. Mereka berharap ada pengendalian nilai rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan pemerintah. Para pengusaha hanya bisa melakukan efisiensi sambil melihat situasi. (Baca:Cinta Rupiah, BI Minta Pengusaha Tolak Dolar)
AGITA SUKMA LISTYANTI
Berita Terpopuler
Wajah Ical Lenyap dari Markas Golkar
Strategi Jokowi Atasi Pelemahan Rupiah
Beda Cara Jokowi dan SBY Meredam Rupiah Jeblok