TEMPO.CO, Jakarta - Dolar Amerika Serikat kembali menjadi jawara di pentas pasar uang dunia. Indeks dolar terhadap enam mata uang utama dunia (euro, yen, pound sterling, dolar Kanada, krona Swiss, dan franc Swiss) kemarin malam naik ke level USDX 85,76 setelah sempat tertekan ke level USDX 84,76 pada awal pekan. Euro mengalami pelemahan paling tajam di kisaran US$ 1,2645.
Kekhawatiran atas kesehatan perbankan Eropa menekan euro setelah media melaporkan bahwa sebelas bank zona Eropa gagal melalui stress test yang dilakukan Bank Sentral Eropa. Hasil tes akan dipublikasikan pada Ahad mendatang. (Berita lain: Empat Sektor Ini Masih 'Seksi' untuk Investasi )
Analis mata uang IG Securities, Junichi Ishikawa, mengatakan pelaku pasar menanti data indeks sentimen bisnis zona euro. "Dolar akan memberikan tekanan jika data mengecewakan." (Baca juga: Cabai-cabaian Diramalkan Kerek Inflasi Oktober)
Tanda-tanda ekonomi zona euro kehilangan momentum pemulihan membuat dolar masih dipilih sebagai aset safe haven. Meski begitu, kenaikan dolar diperkirakan tidak terlalu tajam.
Adanya pelambatan zona euro justru meredam spekulasi kenaikan Fed Fund Rate lebih awal. "Ada sedikit keraguan investor dolar menjelang pertemuan Federal Reserve pekan depan. Terutama karena para pejabat telah mengirim sinyal yang lebih lunak," kata Ishikawa.
Penguatan indeks dolar turut mempengaruhi pelemahan mata uang pasar berkembang, termasuk rupiah. Hingga pukul 12.30 WIB, rupiah melemah 25 poin (0,21 persen) ke level 12.039 per dolar AS.
Sementara itu, won Korea melemah 0,48 persen, peso Filipina melemah 0,02 persen, ringgit Malaysia melemah 0,38 persen, dan dolar Australia melemah 0,23 persen.
REUTERS | M. AZHAR
Terpopuler:
Djoko Kirmanto Mendadak Kumpulkan Pejabat PU
REI: Harga Rumah Rp 105 Juta Tak Realistis
Pengumuman Kabinet di Priok Inisiatif Pelindo
Sebelum Umumkan Kabinet, Jokowi Tinjau KM Mabuhai
Jokowi Diminta Pilih Menpera dari Profesional