TEMPO.CO, Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara Tbk mendesak pemerintah mendukung pengembangan bahan bakar gas untuk transportasi. Alasannya, hingga kini, konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi melambung tinggi dan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. (Baca: PGN Desak Pemerintah Manfaatkan Gas)
Sayangnya, selama ini pengembangan gas untuk transportasi masih mengalami tarik-ulur antara pelaku usaha gas dan otomotif. "Kayak ayam sama telur saja, mana yang harus dikembangkan duluan. Infrastruktur gas atau pasarnya," kata juru bicara PGN, Irwan Andri Atmanto, dalam Sarasehan Ketahanan Energi Nasional di Bogor, Sabtu, 6 September 2014. (Baca: Honda Siapkan Mobil Berbahan Bakar Gas)
Menurut Irwan, hal ini membutuhkan sinergi ketiga pihak, yaitu pemerintah sebagai penentu alokasi gas, PGN sebagai pembangun infrastruktur, dan agen pemegang merek dari sisi pasar. "Kalau ini bisa bergerak bersama, tidak saling menunggu, tentunya konversi BBM ke BBG akan berjalan lancar," ujarnya. (Baca: Ke Jokowi, Ini Alasan SBY Ogah Naikkan BBM)
Belum tersedianya kendaraan yang bisa menggunakan gas, menurut Irwan, sebenarnya bisa diselesaikan. Pemangku kebijakan dapat menggandeng koperasi angkutan umum. "Intinya, konversi gas ini bergantung pada masyarakat dan ATPM." (Baca: Kuota BBM Berpotensi Jebol 1,35 Juta KL)
Irwan menututurkan PGN hingga saat ini terus berkomitmen membangun infrastruktur gas, terutama untuk melayani kebutuhan transportasi. PGN optimistis, kalau konsumsi BBM bersubsidi sudah membebani APBN, lama-kelamaan pasar gas akan terpenuhi.
PGN mendesak pemerintah mendukung pengembangan pemanfaatan gas untuk mengganti ketergantungan terhadap BBM bersubsidi. Menurut Irwan, gas bumi bisa dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, di antaranya transportasi, industri, dan kelistrikan. Cadangan gas di Indonesia masih sangat besar. "Ada yang menyebut, tanpa penemuan baru, kita bisa memenuhi kebutuhan hingga 70 tahun mendatang," ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, cadangan gas bumi di Indonesia masih bisa digali hingga puluhan tahun. Hingga saat ini, yang terdeteksi sebagai gas potensial mencapai 48,85 TSCF. Dari total tersebut, 101,54 TSCF di antaranya sudah terbukti.
AYU PRIMA SANDI
Berita Terpopuler
SBY Tegur Tim Transisi Jokowi-JK
Demi Wartawan, Jokowi Stop Bus Rombongan Presiden
SBY: Saya dan Jokowi Tak Saling Menyalahkan
Anas: Saya Orang Kampung, Suka Tunai
SBY Minta Jokowi Buka-bukaan Soal Tim Transisi
5.000 Bendera GAM Dipesan di Pekalongan