TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, menilai Indeks Demokrasi Indonesia hanyalah faktor pendukung bagi perekonomian dalam negeri. Alasannya, ada juga negara yang tingkat demokrasinya rendah seperti di Singapura, namun perekonomiannya bagus. "Saya kira faktor itu tidak mutlak atau utama. Kita bisa bandingkan dengan Singapura. Mereka dalam satu komando, tapi perekonomiannya sangat bagus," kata Lana saat dihubungi Tempo, Jumat 4 Juli 2014.
Lana menjelaskan, indeks demokrasi bisa jadi acuan yang mengarah pada kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Indeks tersebut bisa menunjukkan bahwa ada toleransi yang tinggi ketika terdapat perbedaan pendapat di masyarakat. Namun, ini hanyalah faktor pendukung. "Mungkin kalau tingkat demokrasi tinggi seperti di Amerika Serikat, investor merasa aman," ujar Lana.
Meski begitu, menurut Lana, hal utama yang perlu diperhatikan pemerintah dan pelaku bisnis adalah kesiapan Indonesia untuk menerima investasi. Misalnya, faktor infrastruktur, birokrasi, akses keuangan, dan korupsi."Yang terpenting adalah bagaimana mencipatakan iklim usaha yang kondusif."
Sebelumnya pada hari yang sama Badan Pusat Statistik merilis Indeks Demokrasi Indonesia (IDI). Dalam hasil kesimpulannya Kepala Kepala BPS Suryamin, mengatakan demokrasi indonesia masih dalam kategori sedang dengan nilai indeks mencapai 63,68 dari skala 0 sampai 100. "Tingkat demokrasi Indonesia berada pada kategori sedang, dengan nilai kebebasan sipil menggembirakan sementara aspek hak-hak politik dan masih terkategori buruk," katanya di Jakarta 4 Juli 2014.
PUTRI ADITYOWATI
Berita Lain:
Rekan Tentara Pembakar Juru Parkir Tak Terlibat
Pembunuh Bharada Rizky Mengaku Anggota Brimob
Brimob Bharada Risky di Mata Orang Tua