TEMPO.CO, Jakarta - Dijadikannya hari pelaksanaan pemilu legislatif, 9 April 2014, sebagai hari libur nasional membuat pelaku industri garmen atau pakaian jadi merugi. (Baca :Pemilu, Duit Rp 10 Miliar Menguap di Pasar Klewer).
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan produksi pakaian jadi turun hingga 10 persen gara-gara liburan pemilu legislatif. "Beda dengan industri tekstil biasa yang bisa beroperasi siang-malam, pabrik garmen hanya berjalan pada pagi hingga siang, sehingga produksi turun," katanya kepada Tempo. (Baca : Pemilu, Pedagang Pasar Klewer Libur Sehari).
Ade berkeberatan jika jadwal pencoblosan bertepatan dengan hari kerja. Dia khawatir pemilu presiden yang dilaksanakan pada Rabu, 9 Juli 2014, bisa membuat industri garmen kembali merugi. (Baca juga :Pemilu 9 April, Pabrik Diminta Liburkan Buruh ).
Ade pun mengeluhkan kebijakan pemerintah yang cenderung menambah hari libur sehingga membawa dampak buruk bagi industri. "Produksi industri manufaktur akan turun jika hari libur. Karena itu, jika bisa pilpres sebaiknya bersamaan dengan hari libur biasa," ujarnya.
Ketua API Kota Semarang Agung Wahono mengatakan pada hari pemilihan umum legislatif kemarin produksi industri garmen di Jawa Tengah turun sampai 20 persen. Sebagian pengusaha, kata dia, menghentikan produksi selama sehari. Namun beberapa melanjutkan produksi seusai pencoblosan. Kondisi ini dinilai memprihatinkan mengingat di Jawa Tengah terdapat 500 pabrik garmen yang sebagian besar berorientasi ekspor. (Baca : Pemilu Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi 0,7 Persen).
Namun Ketua Serikat Pekerja Nasional Kota Semarang Heru Budi Utoyo menyatakan liburan pemilu merupakan hak pekerja. "Sembrono kalau pengusaha berani melarang libur saat pemilu," katanya.
ALI HIDAYAT
Berita Terpopuler
Menang Pemilu, Berapa Kursi PDIP di DPR?
Ini Jurus Jokowi Membangun Koalisi untuk Nyapres
Babak I, Lyon Tahan Imbang Juve 1-1