TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Erani Yustika, mengatakan penyelenggaraan Pemilihan Umum 2014 bakal menambah uang beredar sebanyak Rp 100 triliun. Dana tersebut berasal dari pengeluaran untuk kampanye para calon wakil rakyat dan presiden, partai politik, hingga kegiatan operasional Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Namun Erani mengatakan tambahan uang beredar tersebut tidak menyebabkan inflasi secara signifikan. Sebab, proporsi dana pemilu tidak seberapa besar, hanya 1,1 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang mencapai Rp 9.000 triliun. "Berdasarkan perhitungan saya, pemilu hanya akan menambah sekitar 0,2-0,3 persen dari total inflasi tahunan," katanya dalam diskusi "Pemilu di Mata Dunia Usaha" di Resto Bengawan Solo, Grand Sahid Hotel, Jakarta, Ahad, 23 Maret 2014.
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia | PT Raja, Ismet Hasan Putro, mengatakan omzet pemilu yang cukup besar terjadi pada 2004 dan 2009. "Pemilu saat itu seperti festival, orang jorjoran belanja," ujarnya tanpa merinci nilai belanja pemilu saat itu. (Baca juga: Uang Berputar Saat Pemilu Rp 115,3 Triliun).
Hanya, menurut Ismet, dampak positif pemilu tidak bertahan lama. Sebab, dalam sepuluh tahun terakhir, tidak ada perubahan signifikan yang dibawa oleh para wakil rakyat dan pemerintahan terpilih seusai pemilu. "Seperti saya kira, politik tidak akan mempengaruhi dunia usaha. Kita akan terus tumbuh," katanya.
Sebelumnya peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia, Teguh Dartanto, menyebutkan dana yang bergulir saat Pemilu 2014 diperkirakan mencapai Rp 115,3 triliun. Sebagian besar dana berasal dari calon legislator daerah hingga 62 persen atau Rp 71,22 triliun.
Pemerintah mengeluarkan Rp 25,12 triliun atau 22 persen. Lalu sebanyak Rp 10,81 triliun merupakan dana kampanye calon presiden dan wakil presiden. Adapun dana kampanye calon Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah sebanyak Rp 8,15 triliun. (Baca: Biaya Caleg Rp 700 Juta sampai Rp 1,1 Miliar).
Teguh mengatakan, dari Rp 115,3 triliun itu, sedikitnya Rp 90 triliun dibelanjakan saat kampanye sehingga memicu dampak lanjutan atau efek rembesan (multiplier effect) yang menggairahkan aktivitas perekonomian. Salah satu yang terlihat adalah geliat percetakan surat suara serta alat peraga yang akan meningkatkan aktivitas berkaitan dengan industri kertas, cat, dan buruh cetak.
PINGIT ARIA
Berita Terpopuler
Sindir Jokowi Lagi, Prabowo: Kau Pembohong, Maling
Video Ical-Duo Zalianty Diambil Sekitar 2010-2011
Mega Beberkan Alasannya Pilih Jokowi
Jokowi: Saya itu Ndeso, Miskin Koneksi