TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mengatakan konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada 2013 yang tercatat sebesar 5,78 persen. Menurut dia, konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 5,2 persen dan konsumsi pemerintah sebesar 4,87 persen.
“Artinya lebih baik. Jadi program percepatan anggaran sudah mulai terjadi,” kata Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri di kantor Kementerian Keuangan, Rabu, 5 Februari 2014.
Meskipun ada perlambatan dalam investasi karena ada kenaikan suku bunga Bank Indonesia, menurut Chatib, hal tersebut seiring dengan kebijakan pemerintah menekan defisit transaksi berjalan. Saat ini impor bahan baku penolong masih tinggi karena komitmen investasi masih turun. “Itu by design,” ucapnya.
Chatib memperkirakan perlambatan investasi berdampak pada penciptaan lapangan kerja. Namun hal itu diantisipasi dengan diberikannya insentif PPh pasal 25 kepada 69 perusahaan. “Memang belum bisa banyak. Tapi paling tidak cegah supaya tenaga kerja eksisting tidak diberhentikan.”
Sebelumnya Badan Pusat Statistik mengumumkan produk domestik bruto Indonesia tumbuh 5,78 persen pada 2013 dibandingkan 2012. Menurut BPS, pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, tertinggi pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,19 persen. Adapun sektor dengan pertumbuhan terendah adalah pertambangan dan penggalian sebesar 1,34 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 dari sisi pengeluaran, yakni komponen ekspor barang dan jasa, naik sebesar 5,3 persen. Konsumsi rumah tangga naik 5,28 persen, konsumsi pemerintah naik 4,87 persen, serta pembentukan modal tetap bruto naik 4,71 persen. Adapun komponen impor mengalami pertumbuhan 1,21 persen.
ANGGA SUKMA WIJAYA
Terpopuler :
Gita Wirjawan: Beras Vietnam Dipolitisasi
Gita Wirjawan Nyapres, Australia Terancam?
Nadella Datang, Bill Gates Pun Hengkang
Satya Nadella, CEO Baru Microsoft