TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk membatasi penyaluran kredit dalam bentuk valuta asing (valas). Hal itu dilakukan guna mengantisipasi potensi kemungkinan kredit macet seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah. "Kami batasi kredit valas dan pinjaman luar negeri," ujar Direktur Business Banking BNI, Krishna Suparto, pada Rabu, 18 September 2013.
Krishna menjelaskan, BNI menyalurkan kredit dalam bentuk valas untuk sektor yang usahanya menghasilkan uang sehingga cadangan perseroan juga bisa terjaga. "Kecuali migas dan industri yang hasilkan dolar keras," kata dia.
Per Juni 2013 jumlah penyaluran kredit valas BNI hanya 12 persen dari total kredit keseluruhan yakni Rp 222,65 triliun. Angka ini turun dari posisi dua tahun sebelumnya sebesar 16 persen.
Untuk kredit korporasi, BNI menyatakan tidak terpengaruh dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terakhir, BNI menyalurkan fasilitas kredit kepada PT Cemindo Gemilang sebesa Rp 1,92 triliun untuk pembangunan pabrik semen. Di hari yang sama, BNI juga melakukan perjanjian kerja sama dengan PT Angkasa Pura 1 sebesar Rp 4 triliun.
"Kami belum melihat perlambatan. Malah ada beberapa debitor yang melihat kesempatan di tengah perlambatan ekonomi Indonesia saat ini yang memang tidak seperti krisis pada 2008," ujar Krishna.
Meski begitu, kata Krishna, adanya penundaan kucuran kredit korporasi di beberapa proyek seperti pembangunan konstruksi untuk pusat perbelanjaan maupun hotel. "Ada dua proyek ruas jalan tol yang menyatakan tidak sanggup akhirnya kita batalkan," katanya.
RIRIN AGUSTIA