TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak enam kontraktor kontrak kerja sama minyak dan gas bumi (KKKS) siap memasok gas untuk kebutuhan transportasi. Total pasokan harian dari enam kontraktor ini mencapai sekitar 30 juta standar kaki kubik (mmscfd) dengan perincian untuk Jabodetabek (18,1 mmscfd), Jawa Timur (10,2 mmscfd), dan Palembang (1,3 mmscfd).
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengatakan tambahan pasokan ini merupakan jaminan kontinuitas operasional SPBG di Indonesia. "Kepastian alokasi gas ini diutamakan," ujar Karen dalam acara penandatanganan perjanjian jual-beli gas di SPBU/SPBG Daan Mogot, Kamis, 5 September 2013.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Johanes Widjonarko, mengatakan industri hulu migas berkomitmen mendukung program konversi BBM ke BBG. Hanya, pasokan gas ini baru benar-benar terealisasi jika infrastruktur yang diperlukan tersedia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengatakan pemerintah akan mempersiapkan infrastruktur untuk meningkatkan penggunaan gas dibandingkan BBM. Pemerintah menyatakan siap menyediakan unit-unit MRU (mobile refueling unit) di pool-pool Transjakarta dan taksi-taksi yang menggunakan bahan bakar gas. "MRU nanti bisa dibawa ke sana (pool), bus keluar sudah diisi semua, tidak perlu isi di SPBG sehingga bisa kurang juga macetnya," ujarnya.
Enam kontraktor yang memasok gas tersebut adalah PT Pertamina EP, PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java, PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore, PT Medco E&P Indonesia, Santos (Madura Offshore) Pty Ltd, dan JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang. Kontraktor migas ini akan memasok gas kepada Pertamina yang kemudian mengubah gas tersebut menjadi compressed natural gas (CNG) untuk digunakan sebagai bahan bakar transportasi, di antaranya busway.
Perjanjian jual-beli gas ini diperkirakan menghasilkan penerimaan bagi negara dan industri hulu migas sekitar US$ 184,78 juta. Dengan harga BBG sekitar Rp 3.100 per liter, dibandingkan menggunakan solar bersubsidi, pemakaian CNG untuk transportasi selama periode kontrak diperkirakan dapat menghemat Rp 2,5 triliun. Apabila dibandingkan dengan pemakaian solar tidak bersubsidi, penghematan dari pemakaian CNG selama periode kontrak diperkirakan bisa menghemat hingga Rp 7,8 triliun.
AYU PRIMA SANDI
Topik Terhangat
Delay Lion Air | Jalan Soeharto | Siapa Sengman | Polwan Jelita | Tes Penerimaan CPNS
Berita Terpopuler
Istri Jaksa Pamer Pistol Juga Kerap Berulah
Jaksa MP 'Pamer' Pistol Pernah Tangani Buruh Panci
Jaksa Pamer Pistol Diperiksa Pengawas Kejagung
Jatah BLSM Diambil Orang, Kakek Ini Meninggal
2 Polisi Bernama Agus, Selamatkan Nyawa Warga