TEMPO.CO, Jakarta-Analis Trust Securities, Reza Priyambada, memperkirakan, nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat akan terus melemah. Sebab, pasar uang masih menanti hasil pertemuan The Federal Reserve dalam kebijakan pengurangan stimulus moneter. "Hari ini masih akan tetap di laju pelemahana," ujarnya, Jumat, 23 Agustus 2013.
Seperti diketahui, sentimen dari The Fed telah mendorong kenaikan surat utang dengan tenor 10 tahun ke level 2,89 persen. Akibatnya, banyak dana asing di negara berkembang yang lari kembali ke Amerika. "Walau ada anggapan nilai tukar rupiah masih cukup aman tapi nyatanya tidak cukup untuk menahan laju pelemahan," kata Reza.
Dihubungi terpisah, analis Investa Sarana Mandiri, Kiswoyo, menyatakan penguatan rupiah menunggu data inflasi bulan Agustus. Diharapkan setelah bulan ini rupiah dapat kembali menguat. "Tekanan yang terburuk seperti inflasi, Lebaran dan kenaikan harga BBM bersubsidi sudah terlewati," ujarnya.
Kemarin, rupiah ditransaksikan terus melemah 100 poin (0,93 persen) ke level Rp 10.875 per dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi bersamaan dengan penurunan indeks saham negeri. Untuk hari ini rupiah diperkirakan akan berada di kisaran Rp 10.535 - Rp 10.843
RIRIN AGUSTIA
Berita Terpopuler
Lulung: Saya The Godfather
Punya Mertua Kaya, Jenderal Moeldoko: Alhamdulilah
Ini Daftar Lengkap Kekayaan Jenderal Moeldoko
Guruh Soekarno Kecewa Ario Bayu Perankan Soekarno