TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia National Air Carrier Association (INACA) mempertanyakan keberadaan nama PT Merpati Nusantara Airlines dalam daftar 20 maskapai terburuk versi Skytrax. "Kenapa maskapai Indonesia lain tidak muncul? Apakah itu berarti selain Merpati sudah baik?" ucap Sekretaris Jenderal INACA, Tengku Burhanuddin kepada Tempo, Selasa, 28 Mei 2013.
Ia mengatakan tidak mengetahui dasar penilaian Skytrax. Oleh karena itu, Tengku melanjutkan, ia tidak bisa memberi banyak komentar mengenai hal itu. Menurut dia bukan hanya Merpati yang menghadapi masalah keuangan. "Semua maskapai, bukan Merpati saja yang punya masalah keuangan," ucapnya.
Namun, Tengku menjelaskan, maskapai tersebut juga mengalami masalah dalam hal pelayanan. Menurut dia, Merpati kerap membatalkan penerbangan.
Direktur Angkutan Udara, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, Djoko Murjatmodjo, mengungkapkan, Merpati memang sedang menghadapi kondisi keuangan yang berat. Sehingga kelangsungan Merpati bergantung kepada para pemegang saham. "Kami juga belum tahu, apakah nanti ada suntikan dana lagi atau tidak," ucapnya.
Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyebut manajemen keuangan sebagai persoalan utama PT Merpati Nusantara Airlines. "Yang berdampak pada pelayanan minimum dari Merpati itu sendiri," kata Ketua Komisi V DPR, Laurens Bahang Dama.
Ia mengatakan, Komisi V menekankan, jangan sampai persoalan itu berdampak pada keselamatan penerbangan. Laurens menuturkan, masuknya Merpati dalam daftar 20 maskapai terburuk dunia seharusnya memacu maskapai badan usaha milik negara (BUMN) itu untuk meningkatkan pelayanan.
Konsultan periset maskapai penerbangan, Skytrax merilis rating 20 maskapai terburuk di dunia. Salah satu yang masuk dalam daftar itu adalah maskapai penerbangan Indonesia, Merpati Nusantara Airlines.
Merpati jadi satu-satunya maskapai Indonesia yang masuk dalam peringkat terburuk itu. Merpati mendapat bintang 2,5 dalam penilaian itu.
Menanggapi penilaian Skytrax itu, Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines, Rudy Setyopurnomo, mengatakan penilaian itu akan dipakai acuan untuk meningkatkan layanan. "2,5 bintang rating ini akan kami pakai untuk evaluasi," ujarnya.
Dia juga menyatakan, selama satu tahun lalu Merpati memang fokus ke pembenahan internal. Di antaranya untuk mendisiplinkan dan membersihkan korupsi yang ada. Untuk saat ini, Rudy menjelaskan, sudah siap untuk menjadikan Merpati lebih baik sesuai standar internasional.
MARIA YUNIAR