TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang Uni Eropa, euro, kembali melemah ke US$ 1,2866 per dolar Amerika Serikat. Hal ini mengindikasikan kembali munculnya kekhawatiran di pasar global. Kendati Siprus sepakat untuk menerima bantuan dari Uni Eropa dan IMF, pasar bereaksi negatif terhadap euro.
Mata uang euro sempat mencapai level tertingginya di US$ 1,3711 pada 1 Februari lalu. Namun, euro kini telah berada di bawah US$ 1,29 karena tertekan oleh kondisi yang terjadi di Siprus dan diturunkannya peringkat utang Italia Baa2, dua level dari status obligasi sampah, oleh lembaga pemeringkat Moody’s.
Masih adanya ketidakpastian di zona Eropa kembali membebani nilai tukar rupiah. Di pasar uang hari ini, rupiah ditransaksikan di level 9.744 per dolar Amerika atau kembali melemah tipis 2 poin dari penutupan Senin kemarin.
Ekonom dari PT Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, mengungkapkan nilai tukar rupiah kemarin berhasil menguat menyusul masuknya aliran dana ke pasar finansial untuk mengikuti lelang Surat Utang Negara (SUN) yang dijadwalkan hari ini.
Target indikatif lelang SUN kali ini senilai Rp 7 triliun untuk memenuhi sebagian target pembiayaan APBN 2013. Terdiri atas empat seri, yakni SPN 12140314 (reopening), FR0066 (reopening), FR064 (reopening), serta seri FR0065 (reopening).
“Penguatan rupiah kemarin juga didukung oleh berbalik menguatnya harga saham di bursa domestik mengikuti kenaikan bursa Asia,” tuturnya.
Lana memprediksi rupiah hari ini akan cenderung melemah tipis ke US$ 9.740–9.750 per dolar AS.
Dolar Singapura siang ini ditransaksikan menguat 0,19 persen, won Korea Selatan naik 0,25 persen, ringgit Malaysia terapresiasi 0,16 persen, sedangkan won Korea justru melemah 0,19 persen.
Pemerintah Siprus akhirnya setuju menerima dana talangan dari Uni Eropa dengan syarat menyusutkan jumlah bank menjadi dua bank saja. Deposit di bawah 100 ribu euro akan dipindahkan ke Bank of Syprus. Sedangkan deposit di atas 100 ribu euro yang tidak dilindungi oleh lembaga penjamin simpanan akan dibekukan untuk menyelesaikan utang dan memperbaiki modal dari Popular Bank of Cyprus (Laikii).
Sebelumnya dana talangan ini diikuti oleh persyaratan yang tidak populer dengan penetapan pajak untuk deposit di atas 100 ribu euro sebesar 9,75 persen. Namun, kemungkinan tidak jadi diterapkan.
Total deposit di Siprus mencapai US$ 68 miliar, US$ 38 miliarnya tidak dijamin, dan senilai US$ 31 miliar adalah milik deopsan Rusia. “Pasar merespon negatif kebijakan tersebut karena ini bisa diterapkan di perbankan negara zona Eropa lainnya yang terkena krisis,” tuturnya.
VIVA B. K