TEMPO.CO, Jakarta - Himpunan Pengusaha Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) menemukan kasus kematian mendadak ayam kampung milik peternak rakyat di sejumlah daerah. Ketua Umum Himpuli, Ade Meirizal Zulkarnain, mengatakan, kasus matinya ribuan ayam kampung ditemukan di antaranya di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
"Ini berdasarkan laporan peternak yang saya terima kemarin. Namun belum diketahui penyebab kematian ayam milik peternakan rakyat tersebut," kata Ade kepada Tempo, Selasa, 25 Desember 2012.
Ia mengungkapkan, kasus kematian ayam secara mendadak terbanyak terjadi di Jawa Barat, tepatnya di Sukabumi dan Bogor. Kematian ayam kampung di Bogor diketahui sudah terjadi sejak Kamis lalu yang totalnya sekitar 5.500 ekor. Sedangkan di Sukabumi diketahui terjadi sejak dua pekan lalu dengan kematian sekitar 2.500 ekor ayam kampung.
Ade meyakini jumlah kematian ayam ini masih terus akan bertambah, mengingat banyak peternak yang menutupi kematian ternaknya dan tidak melapor ke dinas peternakan setempat.
Peternak meminta pemerintah tanggap terhadap kasus kematian ayam kampung ini, karena dikhawatirkan berasal dari virus flu burung yang menyerang itik beberapa waktu lalu. Ade menjelaskan, ayam kampung milik peternak rakyat di Bogor bersumber dari pusat pembibitan yang menyatu dengan ayam ras. Pembibitan ayam ras ini satu usaha dengan pembibitan ayam ras berupa Grand Parent Stock (GPS) dari Amerika Serikat.
"Saya belum bisa jawab kemungkinannya. Korelasinya mungkin ada karena awal flu burung di Indonesia berasal dari ayam ras, bukan ayam kampung," ujarnya.
Kasus kematian pada ayam ini, kata Ade, harus menjadi perhatian serius pemerintah agar bekerja lebih efektif menanggulangi penyebaran virus flu burung jenis baru. Perlu ada penelusuran sumber virus flu burung dari hulu ke hilir dan meneliti apakah ada potensi penularan virus flu burung dari itik ke ayam. "Apakah mutasinya sedemikian cepat. Publik harus diberi tahu, terutama para peternak," ujarnya.
Sebelum kasus kematian itik ini, pemerintah juga dikejutkan dengan matinya ratusan ribu ekor itik di sejumlah daerah akibat virus flu burung jenis baru.
Virus avian influenza atau flu burung selama ini endemis di Indonesia sejak 2003 berkode Clade 2.1 sub Clade 2.1.3, yang hanya patogen pada unggas golongan ayam. Namun, kini virus AI yang menyerang itik berbeda dengan jenis sebelumnya karena memiliki Clade 2.3.2 yang lebih patogen, menyebabkan tingkat kesakitan dan kematian cukup tinggi pada itik.
Berdasarkan data yang dihimpun Himpuli dari anggotanya, virus flu burung setidaknya telah mematikan hampir 350 ribu ekor itik. Flu burung menyebabkan kematian itik peternak di beberapa daerah seperti di Pemalang. Di daerah itu, dari total populasi 300 ribu ekor, yang mati sebanyak 70 ribu ekor. Di Pati dari populasi 85 ribu, flu burung menyebabkan 70 ribu ekor itik mati. Lalu di Tegal dari populasi 400 ribu ekor yang mati sebanyak 4.000 ekor. Kemudian di Cirebon dari total populasi 404 ribu ekor yang mati sebanyak 5.357 ekor.
ROSALINA