Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bank Sentral Incar Spekulan Rupiah  

image-gnews
Petugas menunjukkan uang kertas dolar Amerika palsu yang berhasil diamankan di Markas Polsek Metro Matraman, Jakarta, Kamis (3/5). Sebanyak 7.634 lembar pecahan 100 dolar Amerika palsu serta 155 lembar negatif atau klise pecahan 100 dolar Amerika berhasil diamankan dari seorang tersangka sebelum diedarkan di wilayah Ibukota Jakarta. TEMPO/Aditia Noviansyah
Petugas menunjukkan uang kertas dolar Amerika palsu yang berhasil diamankan di Markas Polsek Metro Matraman, Jakarta, Kamis (3/5). Sebanyak 7.634 lembar pecahan 100 dolar Amerika palsu serta 155 lembar negatif atau klise pecahan 100 dolar Amerika berhasil diamankan dari seorang tersangka sebelum diedarkan di wilayah Ibukota Jakarta. TEMPO/Aditia Noviansyah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) tengah meneliti penyebab melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belakangan ini. Pengamatan mencakup perilaku perbankan, dan yang penting aksi spekulasi dalam perdagangan. "Kalau ada trading yang spekulatif, BI akan mengambil tindakan melalui supervisory action," ujar Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A. Johansyah di kantornya kemarin.

Difi mengatakan gerakan rupiah akhir-akhir ini memang sudah eksesif (berlebihan). "Memang ini agak terganggu dengan gerakan di pasar offshore (luar negeri)," ujarnya. Meski demikian, ia meyakinkan, bank sentral akan selalu mengamankan rupiah agar volatilitasnya tidak liar. "BI akan selalu berada di pasar dan menyediakan valas yang cukup bagi dunia usaha yang membutuhkan dolar," ucapnya.

Pelemahan rupiah saat ini, Difi menjelaskan, mungkin saja terjadi karena ada investor yang melepas Surat Utang Negara dan mengkonversinya ke dolar pada saat yang sama. "Ini menimbulkan tekanan terhadap dolar yang tiba-tiba dalam jumlah besar," ujarnya. Namun dia meyakini pelemahan bersifat sementara. "Tapi sampai kapan, kami belum tahu, karena sentimen pasar terhadap Eropa masih lemah," ujarnya.

Nilai tukar rupiah akhir pekan ini ditutup melemah cukup tajam, mencapai 186 poin (2,01 persen) ke level 9.454 per dolar Amerika Serikat. Kemarin, rupiah ditransaksikan dalam kisaran yang cukup lebar, antara 9.265 dan 9.515 per dolar Amerika Serikat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, menjelaskan bahwa ketidakpastian di Yunani membuat dolar AS kembali terapresiasi terhadap mata uang utama dunia, dan memicu pelemahan rupiah. Peningkatan permintaan dolar AS dari korporat untuk memenuhi kebutuhan rutin membuat rupiah semakin terpuruk.

MARTHA THERTINA | VIVA BK

Berita Terpopuler Lainnya:
Di Yogya Para Menteri Masuk Istana, Dahlan Pilih ke Pabrik Gula
Rupiah Mulai Terbatuk-batuk
Indonesia Kebal Krisis Eropa
Stop Ekspor Mineral, Indonesia Ditekan Asing
Anggarkan Rp 400 Miliar, Ramayana Buka 6 Gerai Baru

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Tahun Depan Tetap Longgar, Apa Saja?

30 November 2023

Pemandangan gedung bertingkat di antara kawasan Sudirman Thamrin, Jakarta, Selasa, 21 November 2023. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen year on year (yoy). Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya mencapai 5,17 persen yoy, atau lebih rendah dari yang diperkirakan. TEMPO/Tony Hartawan
Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Tahun Depan Tetap Longgar, Apa Saja?

Bank Indonesia tetap mempertahankan kebijakan makroprudensial longgar pada tahun 2024 mendatang.


BI Dorong Korporasi Terbitkan Surat Berharga Komersial

25 September 2019

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti memberikan salam saat pelantikan di Gedung MA, Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2019. Destry Damayanti resmi menjabat sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI). TEMPO/Tony Hartawan
BI Dorong Korporasi Terbitkan Surat Berharga Komersial

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan instrumen itu untuk memberikan opsi bagi pelaku pasar dalam membantu pembiayaan jangka pendek.


Destry Sebut Kebijakan Pelonggaran Moneter Masih akan Berlanjut

7 Agustus 2019

Pimpinan DPR Bambang Soesatyo (kedua kiri) dan Agus Hermanto (kiri) dan Utut Adiyanto (kanan) memperkenalkan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia terpilih, Destry Damayanti (kedua kanan) saat Rapat Paripuna ke-23 Masa Persidangan V Tahun 2018-2019  di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis 25 Juli 2019. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Destry Sebut Kebijakan Pelonggaran Moneter Masih akan Berlanjut

Destry Damayanti mengatakan kebijakan pelonggaran moneter masih akan berlanjut dalam jangka waktu cukup panjang.


Suku Bunga Turun, Sri Mulyani: Likuiditas Negara Lebih Rileks

1 Agustus 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sambutan saat Perayaan Hari Kemerdekaan AS ke-243 di kediaman Duta Besar AS di Jakarta, Kamis, 4 Juli 2019. Selain Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto pun turut hadir dalam acara tersebut. ANTARA
Suku Bunga Turun, Sri Mulyani: Likuiditas Negara Lebih Rileks

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penurunan suku bunga pertanda perubahan arah kebijakan moneter dari bank sentral Amerika


Peluang Terbuka, BI Isyaratkan Suku Bunga Acuan Turun Lagi

22 Juli 2019

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada wartawan saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7-Day Reverse Repo Rate 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen menjadi 5,5 persen. TEMPO/Tony Hartawan
Peluang Terbuka, BI Isyaratkan Suku Bunga Acuan Turun Lagi

Bank Indonesia sebelumnya telah menurunkan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dari 6 persen ke 5,75 persen.


Kebijakan Moneter Lebih Akomodatif, LPS Rate Bakal Turun

24 Mei 2019

Destry Damayanti. facebook.com/destry.damayanti.3
Kebijakan Moneter Lebih Akomodatif, LPS Rate Bakal Turun

LPS mencatat selama dua bulan terakhir suku bunga simpanan perbankan mulai melandai dan cenderung stabil.


Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN+3 Bakal Melambat di 2019 dan 2020

1 Mei 2019

ADB: Pertumbuhan Ekonomi Asia Lebih Cepat
Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN+3 Bakal Melambat di 2019 dan 2020

Meski begitu, proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang masih kembali meningkat karena didukung oleh kondisi fundamental yang kuat.


Suku Bunga Acuan Naik, Sinyal BI Mulai Perketat Moneter?

2 Juli 2018

Gedung Bank Indonesia. REUTERS/Iqro Rinaldi
Suku Bunga Acuan Naik, Sinyal BI Mulai Perketat Moneter?

Kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia dinilai pasar sebagai sinyal pengetatan moneter yang hati-hati dan terukur.


Stabilkan Ekonomi RI, Gubernur BI Siapkan 'Jamu' Moneter

17 Juni 2018

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) mendapat ucapan selamat dari mantan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kanan) usai pelantikannya di Mahkamah Agung, Jakarta, 24 Mei 2018. ANTARA
Stabilkan Ekonomi RI, Gubernur BI Siapkan 'Jamu' Moneter

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan dirinya telah menyiapkan lima 'jamu' khusus untuk menjaga kestabilan moneter.


Jokowi: Pemerintah Waspadai Risiko Akibat Normalisasi Moneter AS

15 Mei 2018

Presiden Joko Widodo (jokowi) menyampaikan arahan saat Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pusat dan Daerah Tahun 2018 di Jakarta, 14 Mei 2018. Jokowi mengingatkan agar dana desa yang telah dikucurkan dari 2015-2018 dengan total Rp187 triliun dipergunakan sebaik-baiknya. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Jokowi: Pemerintah Waspadai Risiko Akibat Normalisasi Moneter AS

Presiden Jokowi memastikan pemerintah akan selalu waspada terhadap risiko akan ketidakpastian ekonomi global akibat normalisasi moneter AS.