TEMPO.CO, Surakarta - Perajin mebel di Surakarta menyatakan kesiapannya dalam bersaing dengan Inter IKEA Systems B.V. yang akan masuk ke Indonesia. Sayangnya, perusahaan mebel raksasa asal Swedia tersebut berencana masuk saat daya saing perajin mebel sedang turun.
“Pada prinsipnya pengusaha mebel tidak khawatir,” kata Ketua Asosiasi Mebel Indonesia (Asmindo) Surakarta, David Wijaya, Kamis 29 Maret 2012. Sebab, selama ini banyak perajin skala menengah dan besar di Kota Surakarta yang menjual produknya kepada IKEA.
Perluasan pasar yang dilakukan oleh IKEA sebenarnya menguntungkan bagi perajin mebel yang menjadi pemasok. “Sebab permintaan dari IKEA pasti akan meningkat,” katanya. Meskipun, perluasan pasar itu dilakukan di Indonesia.
Namun David mengingatkan masuknya produk IKEA ke Indonesia akan lebih banyak berhadapan dengan perajin kecil yang biasa bermain di pasar lokal. Kendati begitu dia yakin harga yang ditawarkan oleh perajin kecil itu lebih kompetitif. “Produk IKEA sudah melalui banyak tangan, sehingga harganya pasti lebih tinggi,” katanya.
Para perajin yang bermain di pasar lokal menurutnya juga sudah terbiasa bersaing dengan produk impor yang murah. “Terutama dengan produk Cina yang sudah masuk sejak satu dekade terakhir,” kata David. Perajin mampu bersaing lantaran memiliki bahan baku yang melimpah.
Nah, satu masalah lagi yang harus dihadapi perajin kecil adalah naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan harga BBM itu diprediksi bakal meningkatkan ongkos produksi hingga 15 persen. Dalam kondisi tersebut, masuknya perusahaan mebel raksasa dari luar negeri bisa menjadi masalah serius.
Meski demikian pemberlakuan pasar bebas membuat Indonesia tidak dapat menghindar dari persaingan tersebut. “Jadi pemerintah sebaiknya membuat regulasi yang menguntungkan perajin,” kata David. Dia khawatir produsen dalam negeri justru bisa tergulung produk impor jika daya saingnya tidak ditingkatkan.
Ditemui terpisah, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Mebel Ngemplak Surakarta, Sidik Budi, juga menyatakan kekhawatiran yang sama. “Perajin saat ini dalam kondisi terpuruk lantaran rencana kenaikan harga BBM,” katanya. Belum lagi harga BBM naik, harga sejumlah bahan untuk produksi mebel sudah melambung, seperti lem, vernis hingga cat.
AHMAD RAFIQ
Berita terkait:
IKEA Bersiap Masuk ke Indonesia
Buka Toko di Indonesia, IKEA Gandeng Hero
Sukses IKEA dan Strategi Harga Rendah
Produk IKEA Ternyata Dibuat di Solo