TEMPO Interaktif, Surakarta - Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan akan melambat karena memburuknya ekonomi global. Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi diprediksi sebesar 4,3 persen. “Tahun depan kemungkinan maksimal 4 persen,” ujarnya.
Tahun ini, menurut Perry, tetap menjanjikan meski ada beberapa tantangan. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, ekonomi Indonesia diperkirakan hingga akhir tahun ini akan tumbuh 6,6 persen. “Investasi masih cukup kuat yang didorong oleh peningkatan permintaan,” katanya dalam seminar Respons Kebijakan Moneter di Tengah Ketidakpastian Perekonomian Global di Surakarta, Senin, 12 September 2011.
Ekspor tumbuh cukup tinggi terutama ke Cina dan India. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tinggi karena peningkatan daya beli masyarakat. Hal itu disebabkan oleh ekonomi Amerika Serikat dan Eropa tidak sekuat sebelumnya.
Buktinya peringkat utang Amerika turun menjadi AA+. Bagi Indonesia, dampaknya, seperti ekspor Indonesia, tidak akan sekuat sebelumnya mengingat negara-negara tujuan utama ekspor sedang mengalami perlambatan ekonomi.
“Saya perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan sekitar 6,5 persen,” katanya. Untuk meraih target di atas atau bahkan melebihinya, dia meminta para eksportir mengalihkan pasarnya ke Cina dan India. Sedangkan untuk Amerika dan Eropa disarankan dikurangi karena sudah tidak bisa berkembang.
Pemimpin Bank Indonesia Solo Doni Joewono menuturkan ekonomi Solo tahun ini diperkirakan tumbuh antara 5,9 hingga 6,4 persen. Mengingat Solo merupakan kota jasa dan perdagangan, pertumbuhan ekonomi di antaranya bertumpu pada sektor perhotelan dan restoran.
“Jika tahun depan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat karena dampak ekonomi global, untuk Solo pasti juga terpengaruh,” katanya. Jika ekonomi Indonesia tahun depan hanya tumbuh maksimal 6,5 persen, dia memperkirakan untuk Solo maksimal tumbuh 6 persen.
UKKY PRIMARTANTYO