TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menawarkan tambahan gas sebanyak 110 juta kaki kubik per hari kepada PT PGN (persero).
"Pasokan gas rencananya dari Lapangan Grissik milik Conoco Philips," ujar Kepala Divisi Humas Sekuriti dan Formalitas BP Migas, Gde Pradnyana, Rabu, 24 Agustus 2011. Semula, gas ini ditujukan untuk ekspor ke Singapura.
Indonesia masih belum dapat memenuhi pasokan ekspor sesuai kontrak dengan Singapura selama tiga tahun berturut-turut. Apabila dijumlahkan totalnya mencapai 110 juta kaki kubik per hari. Kontrak dengan Singapura tersebut pun berakhir pada bulan ini.
Namun karena BP Migas memiliki kewajiban memprioritaskan kebutuhan domestik, gas ini pun akhirnya dialihkan dan ditawarkan kepada PGN. Dengan syarat siapa pun perseroan yang mengambil gas tersebut harus menanggung kompensasi (liability) atas kekurangan volume gas ke Singapura. "Jumlah kompensasinya itu kita belum tahu karena belum ada klaim," paparnya.
Sebelum ditawarkan kepada PGN, BP Migas telah menawarkannya terlebih dahulu kepada PLN. "Tetapi PLN menolak," ujar dia. Alasan PLN menolak tawaran gas tersebut karena terdapat persyaratan dan kompensasi yang harus dipenuhi oleh PLN jika membelinya. "PLN keberatan dengan kewajiban-kewajiban itu, untuk harga tidak ada masalah sebenarnya," kata dia.
Harga gas yang ditawarkan kepada PGN sama seperti yang dijual kepada Singapura. Dengan harga minyak saat ini masih pada kisaran US$ 104 per barel, harga gas bisa mencapai sekitar US$ 15 per mmbtu.
Sementara itu, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PGN Wahid Sutopo menuturkan bahwa PGN berminat mengambil tambahan gas tersebut. "Kita sih maunya ambil. Kita sudah sampaikan ke BP Migas," kata dia. Terkait harga gas, pihaknya akan melakukan pembicaraan dan pembahasan terlebih dahulu. Pada dasarnya, PGN tidak keberatan jika harga lebih tinggi daripada biasanya, asal masih sesuai dengan hitungan keekonomian mereka.
GUSTIDHA BUDIARTIE