TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 berada di kisaran 6,5-6,9 persen lebih tinggi dari asumsi pertumbuhan 2011 sebesar 6,3 persen. Asumi tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, kepada anggota parlemen dalam sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat hari ini, Jumat 20 Mei 2011.
Agus menerangkan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi global yang positif turut menjadi faktor yang mempengaruhi penetapan asumsi tersebut. “Khususnya negara-negara berkembang di kawasan Asia,” kata Agus.Ada dua hal yang menjadi perhatian utama pemerintah untuk mencapai asumsi tersebut. Pertama, adalah inflasi dan kedua, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Selain menyampaikan asumsi pertumbuhan ekonomi, Agus juga menyampaikan angka asumsi makro lainnya. Pada 2012, pemerintah mengasumsikan inflasi berada di kisaran 3,5-5,5 persen. suku bunga Surat Perbendaharaan Negara tiga bulan berkisar di 5,5-7,5 persen, sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berkisar Rp 9.000-9.300.
Minyak mentah Indonesia diasumsikan berada di level US$75-95. Sementara lifting (produksi) minyak mentah sebanyak 950-970 ribu barel per hari.
Adapun untuk kebijakan fiskal, Agus menerangkan kebijakan pemerintah pada 2012 akan terus ekspansif. “Dengan mempertimbangkan kesinambungan fiskal melalui defisit anggaran sekitar 1,4-1,6 persen dari Produk Domestik Bruto,” kata Agus.
ANANDA BADUDU