TEMPO Interaktif, Jakarta -Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendorong ASEAN segera menyelesaikan kerja sama ketahanan pangan. Caranya, dengan memformulasikan sistem cadangan pangan bersama. Hal ini disampaikan dalam rangka kerja sama kawasan dalam ketahanan pangan dan menghadapi harga pangan yang tinggi.
Menurut Yudhoyono, untuk menghadapi kondisi harga pangan saat ini, perlu segera menyelesaikan kerangka ketahanan pangan terintegrasi. "Di antaranya kerja sama dalam penelitian, pengembangan investasi, dan pengembangan pangan," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pidato pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 ASEAN, di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu, 7 Mei 2011.
Masalah harga pangan dunia harus diatasi dengan serius. Sebab, kenaikan harga pangan yang dibarengi dengan kenaikan harga energi akan langsung menaikkan jumlah penduduk miskin. "Padahal, kita ketahui, menurunkan angka kemiskinan tidak mudah," kata Yudhoyono.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 ASEAN diselenggarakan di Jakarta pada 7–8 Mei 2011. Sebelumnya, konferensi didahului dengan beberapa pembahasan ekonomi, politik, dan keamanan di tingkat menteri. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan agenda aksi ketahanan pangan ini adalah catatan dari Indonesia yang menjadi Ketua ASEAN.
Kesepakatan cadangan pangan tersebut sebelumnya sudah dibahas dalam forum ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR). Namun, tujuan APTERR masih mengarah pada cadangan untuk kondisi bencana. Draf kesepakatan belum memasukkan ide untuk mengantisipasi soal harga pangan.
APTERR merupakan kesepakatan ASEAN dengan tiga mitranya, yakni Jepang, Korea Selatan, dan Cina, untuk cadangan beras saat kondisi bencana. Total cadangan yang disiapkan 878 ribu ton. Sebelumnya, komitmen sumbangan dari Cina sebesar 300 ribu ton, Jepang 250 ribu ton, dan Korea Selatan 150 ribu ton.
ASEAN juga sepakat menyumbang beras 100 ribu ton. Sementara itu, awalnya Indonesia berkomitmen memberi cadangan 12 ribu ton. Tapi, untuk mendukung ide ketahanan pangan dalam konteks mengantisipasi fluktuasi harga, Indonesia siap menambah sumbangan cadangan pangan sebesar 25 ribu ton.
EKA UTAMI APRILIA