Berdasarkan data surveyor yang diolah Kementerian, ekspor timah selama Januari sekitar 7.334 ton senilai US$ 185,27 juta. Angka ini naik 8,26 persen ketimbang ekspor timah pada Januari tahun lalu yang mencapai 6.774 ton atau sekira US$ 102,9 juta.
Nilai ekspor pada Januari tahun ini juga lebih tinggi dibandingkan Desember 2010, yang mencapai 7.722 atau setara US$ 187,75 juta. Total ekspor timah pada 2010 sebanyak 92,486 ribu ton senilai US$ 1,71 miliar. Nilai ekspor tertinggi pada tahun lalu terjadi pada November sebesar US$ 220 juta. Ekspor terendah terjadi pada Februari yang hanya US$ 97 juta.
Harga timah di pasar London Metal Exchange terus naik sejak awal Januari lalu. Pada 11 Januari, harga timah sudah berada dalam kisaran US$ 26,600 per ton. Akhir Januari 2011, harga timah menyentuh US$ 28,4 per ton. Sedangkan pada 15 Februari, harga timah mencapai US$ 32,79 per ton. Harga tersebut untuk pengapalan hingga tiga bulan ke depan.
Menurut Wachid Usman, Direktur Utama PT Timah Tbk, melihat kinerja timah selama bulan ini justru ekspor belum normal. "Karena ada kendala cuaca yang menyebabkan produksi belum optimal," ujar dia. Namun, dia tidak menyebutkan berapa besaran normal untuk ekspor timah.
Terkait dengan harga, Wachid mengatakan memang bisa dikatakan tinggi. "Namun, ke depan harga mungkin belum naik," ujarnya. Sebab, secara fundamental stok logam timah di London Metal Exchange lebih tinggi dari posisi normal yang biasanya 16 ribu ton.
EKA UTAMI APRILIA