Hingga Selasa lalu harga gula untuk pengapalan Maret berkisar US$ 807 per ton. “Kalau impor, harga sampai pelabuhan saja sudah Rp 11 ribu per kilogram," kata dia. Jika mendapat fasilitas bea masuk nol persen pun harga hanya bisa diturunkan maksimal Rp 790 per kg.
Tingginya harga gula dunia pula yang menyebabkan Perum Bulog baru mengimpor pada Februari. Cuaca ekstrem di sejumlah negara menekan produksi sehingga mengatrol harga gula di pasar internasional. “Februari sudah impor karena Thailand masuk musim giling,” kata Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha Deddy S. Kodir.
Menurut Dedy, Bulog akan menjajaki Thailand dan India untuk merealisasi impor hingga April. "Pokoknya kita mencari negara yang mau menjual murah. Sebenarnya Brasil juga mau memasok dengan harga murah tapi untuk setahun 200-250 ribu ton," ujar Dedy, tanpa merinci harga yang ditawarkan negara itu.
Pemerintah menerbitkan izin impor gula 450 ribu ton untuk periode 1 Januari- 15 April 2011. PTPN XI mendapat jatah 70 ribu ton. Importir lain seperti PTPN X, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia mendapat kuota masing-masing 90 ribu ton. Adapun PT Rajawali Nusantara Indonesia mendapat jatah 50 ribu ton. Sedangkan Bulog diperbolehkan mengimpor 60 ribu ton.
Direktur Utama PT PPI, Hendrik Napitupulu, memperkirakan perusahaannya dapat merealisasi impor gula hingga 20 ribu ton pada akhir Januari hingga awal Februari mendatang. “Tanggal 6 Januari sudah masuk dua ribu ton. Barangnya tiap minggu masuk terus,” kata Hendrik.
Namun, PT PPI masih memantau perkembangan harga gula internasional. Apalagi belum ada kepastian jumlah gula yang akan diimpor dari India. Selama ini gula yang diimpor sebagian besar dari Thailand. “Harga kadang-kadang naik, kadang-kadang turun. Fluktuasi harga berbahaya,” ujar dia.
EKA UTAMI APRILIA | ROSALINA