Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gerilya Menolak Merger Flexi-Esia

image-gnews
Mobile Base Transceiver Station (BTS). TEMPO/Ishomuddin
Mobile Base Transceiver Station (BTS). TEMPO/Ishomuddin
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta -KANTOR Sekretariat Kabinet di kompleks Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, baru saja mulai beraktivitas ketika lima pria bergegas masuk, Senin dua pekan lalu. Dua tamu paling depan mengenakan jas biru tua dengan bordiran lambang bunga tulip bulat bertulisan "Sekar" di dada kiri. Mereka Wisnu Adhi Wuryanto dan Asep Maulana, masing-masing Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Serikat Karyawan (disingkat Sekar) PT Telekomunikasi Indonesia atau Telkom.

Pagi itu, pengurus Serikat Karyawan Telkom hendak menemui Sekretaris Kabinet Dipo Alam. Dengan suguhan secangkir kopi dan makanan ringan, sahibulbait atawa tuan rumah menerima Wisnu dan kawan-kawan di ruang rapat. Sejam lebih Wisnu menjelaskan panjang-lebar sikap Serikat Karyawan Telkom yang menolak rencana merger TelkomFlexi dengan PT Bakrie Telecom--pemilik produk Esia. "Kami minta tolong agar Dipo menjelaskan kepada rekannya di pemerintahan maksud perjuangan kami," kata Wisnu kepada Tempo pekan lalu.

Rencana merger antara Flexi dan Bakrie Telecom sempat bikin panik serikat karyawan perusahaan pelat merah itu beberapa bulan ini. Mereka tegas menolak rencana tersebut. Dua pekan sebelum bertemu dengan Dipo, lebih dari 1.200 karyawan Telkom menggelar unjuk rasa di depan Istana Negara menolak merger. Kebetulan Dipo bukan orang baru bagi mereka. Saat menjabat Deputi Menteri Koordinator Perekonomian, sembilan tahun lalu, Dipo memimpin tim mediasi sengketa Telkom dengan Aria West soal perjanjian kerja sama pengelolaan jaringan telepon di Provinsi Jawa Barat dan Banten.

Itu sebabnya, mereka bicara blakblakan kepada Dipo. Wisnu menegaskan karyawan Telkom siap turun ke jalan lagi dalam jumlah lebih besar jika pemerintah tak menggubris tuntutan mereka, yakni agar pemerintah menghentikan rencana merger dengan Esia dan mengganti komisaris dan direksi yang memaksakan rencana itu. Di akhir pertemuan, Wisnu menitipkan surat buat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Kami minta Presiden turun tangan."

Sumber Tempo di lingkaran Istana membisikkan Dipo langsung bergerak
cepat setelah bertemu dengan Serikat Karyawan Telkom. Surat aspirasi pekerja Telkom diserahkan kepada Presiden Yudhoyono. Dipo juga mengirimkan pesan pendek kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar, yang ditembuskan kepada Menteri Perekonomian Hata Rajasa dan Menteri-Sekretaris Negara Sudi Silalahi.

Isi pesan pendek Dipo memberitahukan ihwal penolakan Serikat Karyawan Telkom atas rencana merger dengan Bakrie Telecom. Dipo mengingatkan Menteri Mustafa agar memperhatikan aspirasi itu untuk menghindari berulangnya kisruh penjualan saham perdana Krakatau Steel "yang menimbulkan diskursus publik yang melelahkan dan meningkatkan kebencian publik pada isu lagi-lagi penjualan aset negara". "Mustafa juga diminta melapor ke Presiden sebelum rapat pemegang saham 17 Desember," kata sumber Tempo menirukan pesan Dipo.

Menurut Dipo, keputusan merger atau tidak merupakan wewenang manajemen dan pemegang saham. Tapi keputusan akan sangat baik bila juga memperhitungkan semua aspek. "Harus dihitung untung-ruginya dan bagaimana pendapat semua pemangku kepentingan, termasuk serikat karyawan," ujarnya kepada Tempo pekan lalu.

***

KEINGINAN manajemen Telkom mengawinkan Flexi dan Esia sudah terdengar sekitar tiga tahun lalu. Ide itu muncul setelah Kementerian Komunikasi dan Informatika memindahkan frekuensi Flexi dari 1.900 megahertz (MHz) ke spektrum 800 MHz. Di frekuensi baru itu, ternyata Flexi hanya mendapat 5 MHz dari sebelumnya 10 MHz karena harus berbagi sama besar dengan pemain CDMA lainnya, seperti StarOne Indosat, 5 MHz, dan Esia. "Lebar pita 5 MHz tak cukup, terutama untuk mengembangkan bisnis data," kata sumber Tempo.

Ada dua opsi untuk mengatasi masalah ini. Bisa ditempuh melalui merger dengan operator CDMA lainnya atau membangun sistem bertingkat pada spektrum yang ada. Opsi kedua dinilai sangat mahal, sehingga opsi pertama dipilih. Telkom pun mendekati Mobile-8 dan Sampoerna Telecom. Ternyata belakangan juga dengan Bakrie Telecom, pemilik Esia.

Banyak pihak heran lantaran manajemen Telkom lebih memilih Bakrie Telecom. Sumber Tempo mengingatkan, dari sisi bisnis CDMA, kapasitas frekuensi Esia sudah sama penuhnya dengan Flexi. Padahal merger ditempuh untuk memperlebar pita frekuensi. Apalagi utang Bakrie Telecom, kata dia, bejibun sehingga berpotensi membebani perusahaan hasil merger. Laporan keuangan Bakrie Telecom per akhir September 2010 (unaudited) menunjukkan utangnya mencapai Rp 7,04 triliun.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Komisaris Utama Telkom Tanri Abeng membenarkan pilihan direksi tersebut. Menurut dia, sejak dua setengah tahun lalu manajemen sudah mempelajari masa depan Flexi yang secara bisnis sukar dikembangkan. Walhasil, ada dua opsi: dijual atau dikonsolidasikan. Pilihan jatuh pada opsi terakhir. Tanri membenarkan bahwa Telkom juga menjajaki bersinergi dengan Sampoerna Telecom dan Mobile-8, bahkan dengan SK Telecom (Korea). "Tapi yang paling baik dan tepat dengan Bakrie Telecom, karena bisnisnya sama-sama besar," katanya pekan lalu.

Sejak itulah pembahasan bersama Bakrie Telecom dimulai. Menurut Tanri, Presiden Direktur PT Bakrie Telecom Tbk Anindya Bakrie dan Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah sudah sering bertemu membicarakan rencana ini. "Mereka saling menjajaki bagaimana rencana bisnis masing-masing ke depan," kata Tanri.

Direktur Layanan Korporat Bakrie Telecom Rahmat Junardi membenarkan bahwa pembicaraan ihwal rencana merger masih berlangsung. Masih banyak yang harus dipertimbangkan dan akan diumumkan bila keputusan sudah final. Yang jelas, menurut Rahmat, penggabungan bisnis Flexi dan Esia akan menguntungkan Telkom dan Bakrie Telecom, terutama karena frekuensi yang ada saat ini memang terbatas. "Semakin cepat bisa dipastikan hasilnya tentu semakin baik," katanya kepada Tempo pekan lalu.

Head of Corporate Communication Telkom Eddy Kurnia menegaskan pembicaraan merger Flexi dan Bakrie Telecom baru tahap awal, belum sampai melakukan uji tuntas secara finansial. "Belum ada keputusan apa pun," ujar Eddy pekan lalu. Manajemen, kata Eddy, masih terus mengkaji dengan mempertimbangkan masukan dari eksternal dan internal perseroan, termasuk serikat karyawan. "Sedang dikaji masalah regulasinya, aspek teknis, persaingan usaha, lisensi, hingga sumber dayanya," ujar Eddy.

Berbeda dengan Eddy, sumber Tempo mengungkapkan bahwa Telkom dan Bakrie Telecom sudah membahas intensif rencana merger tersebut. Jalur masuk Anindya ke lingkungan manajemen Telkom tak lain melalui Tanri Abeng yang pernah menjabat Chief Executive Officer Grup Bakrie pada 1998. Namun Tanri membantah memfasilitasi Anindya. "Ini murni bisnis Anindya," katanya. Menurut Tanri, proses merger siap dilanjutkan ke tahap penandatanganan nota kesepahaman. "Tapi belum bisa dilakukan karena ribut-ribut bergeser ke wilayah politik," kata Tanri kepada Tempo.

Skema mergernya juga sudah dibahas, antara lain Bakrie Telecom akan menerbitkan saham baru (rights issue). Telkom mengambil saham baru itu, tapi tidak dengan uang tunai, melainkan dibayar dengan aset Flexi, termasuk sumber daya manusianya. Namun pembahasan masih alot karena Telkom dan Bakrie Telecom sama-sama ingin mayoritas. Bakrie Telecom ingin mayoritas karena merasa asetnya lebih besar ketimbang aset TelkomFlexi.

Tarik-ulur pun tak terhindari. Telkom ingin nama produk perusahaan baru FlexiEsia, tapi sebaliknya, Bakrie ingin EsiaFlexi. Belakangan, Bakrie Telecom mengendur dan bersedia menjadi minoritas dalam perusahaan baru hasil merger. "Aturan pemerintah menyebutkan bahwa perusahaan negara harus mayoritas di perusahaan patungan," ujar sumber ini. "Secara politik juga tak bagus bila Telkom minoritas di bawah Grup Bakrie."

Mantan Sekretaris Menteri BUMN Said Didu juga mengaku telah lama mengetahui rencana ini. "Itu aksi korporasi biasa," ujarnya. Di mata dia, merger Flexi dan Bakrie Telecom menjadi ramai karena sudah memasuki wilayah politik. "Seharusnya urusan aksi korporasi jangan dievaluasi secara politik," ujarnya.

Rencana merger yang sudah di depan mata itulah yang membuat Serikat Karyawan Telkom tersengat. Mereka tak mau kecolongan, lalu bergerilya menolak rencana merger. Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa Telkom dua pekan lalu, agenda rencana merger ini dicoret. Hanya dewan komisaris yang diganti, termasuk Tanri, komisaris utama. "Sikap kami tetap, dan kami siap berbicara dengan manajemen baru," kata Wisnu Adhi.


AGOENG WIJAYA, PADJAR ISWARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Smartfren Mulai Beralih ke Frekuensi 2,3 GHz

14 Desember 2016

Smartfren memperkenalkan dua produk terbarunya yaitu Smartfren Andromax T dan Smartfren Andromax Tab 8.0 di Jakarta, (3/10). TEMPO/Imam Sukamto
Smartfren Mulai Beralih ke Frekuensi 2,3 GHz

Switch off ini sesuai dengan amanat dari Peraturan Menteri Kominfo No: 22 Tahun 2014 tentang Penggunaan Pita Frekuensi Radio


Smartfren Luncurkan Jaringan 4,5G

20 Agustus 2015

Pengunjung melihat produk 4G Smartfren saat acara peluncuran layanan telekomunkasi seluler berbasis 4G LTE Advanced di Jakarta, 19 Agustus 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Smartfren Luncurkan Jaringan 4,5G

Perbedaan 4G dan 4.5 adalah 4G menggunakan single carrier, sedangkan 4.5G dua carrier.


Bangun Jaringan 4G LTE, Smartfren Anggarkan Rp 7 Triliun  

19 Agustus 2015

Menteri Perindustrian Husein, Chairman Sinarmas Frangky D Widjaya, Menkominfo Rudiantara, Presiden Komisaris Smartfren Gandi Sulistyanto dan Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys menghadiri peluncuran layanan telekomunkasi seluler berbasis 4G LTE Advanced di Jakarta, 19 Agustus 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Bangun Jaringan 4G LTE, Smartfren Anggarkan Rp 7 Triliun  

Smartfren menggunakan dua vendor Nokia dan ZTE.


StarOne Resmi Tutup, Pelanggan Dimigrasi ke GSM Indosat

5 Juli 2015

StarOne
StarOne Resmi Tutup, Pelanggan Dimigrasi ke GSM Indosat

Indosat secara resmi mengakhiri layanan berbasis teknologi CDMA dengan merek StarOne pada 30 Juni 2015.


Bakrie Telecom Mulai Pecat Karyawan, Ini Kata Analis

11 Maret 2015

PT. Bakrie Telecom Tbk (BTEL) - Esia. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Bakrie Telecom Mulai Pecat Karyawan, Ini Kata Analis

Jika efisiensi karyawan tidak dilakukan, perusahaan akan semakin terpuruk dan kerugiannya membengkak.


Skenario Bisnis Bakrie Telecom Meski Merugi

11 Maret 2015

PT. Bakrie Telecom Tbk (BTEL) - Esia. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Skenario Bisnis Bakrie Telecom Meski Merugi

BTEL tetap optimistis seiring dengan kerja sama operasi antara perusahaan dan PT Smartfren Telecom Tbk (Fren) untuk penyediaan layanan 4G.


Utang Membengkak, Bakrie Telecom Pangkas Karyawan

11 Maret 2015

PT. Bakrie Telecom Tbk (BTEL) - Esia. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Utang Membengkak, Bakrie Telecom Pangkas Karyawan

Jumlah karyawan perusahaan operator telekomunikasi berbasis CDMA per Desember 2013 mencapai 1.438 orang.


Dukung Indar IM2, Begini Kata Menteri Rudiantara

4 Maret 2015

Indar Atmanto
Dukung Indar IM2, Begini Kata Menteri Rudiantara

Dua surat menteri sebelumnya menyebutkan bahwa apa yang dilakukan Indar telah sesuai dengan peraturan yang ada.


Hikmah Kasus IM2, Regulasi Telekomunikasi Direvisi

27 Februari 2015

Mantan Direktur IM2 Indar Atmanto. Tempo/Ratih Purnama
Hikmah Kasus IM2, Regulasi Telekomunikasi Direvisi

Alasannya, selain undang-undang ini sudah berlaku 15 tahun, juga untuk mengakomodasi pekembangan terkini di bidang telekomunikasi.


Mantan Dirut IM2 Ajukan PK, Ini Kata Pemerintah

27 Februari 2015

Indar Atmanto
Mantan Dirut IM2 Ajukan PK, Ini Kata Pemerintah

Pemerintah harus menciptakan ekosisitem yang baik di sektor telekomunikasi.