TEMPO.CO, Jakarta - Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya, menilai langkah efisiensi karyawan yang dilakukan PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) sudah tepat agar kerugian perusahaan tidak semakin berlanjut.
Menurut William, jika efisiensi karyawan tidak dilakukan, perusahaan akan semakin terpuruk dan kerugiannya membengkak. ”Kerugian yang tak segera ditanggulangi berpotensi mematikan perusahaan seluruhnya,” kata William saat dihubungi Selasa, 10 Maret 2015.
Baca Juga:
William menambahkan, kondisi pasar code division multiple access (CDMA) memang suram seiring dengan persaingan harga yang ketat, sehingga terjadi migrasi ke frekuensi global system for mobile communications (GSM). Nasib karyawan Flexi, divisi usaha PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., lebih baik karena Telkom mengalihkan karyawannya ke divisi bisnis GSM.
Bakrie Telecom juga menghadapi gugatan dari sebagian investor obligasi perusahaan di Pengadilan Negara Bagian New York. Hal Hirsch, pengacara yang mewakili sekelompok investor Bakrie Telecom, menuding perusahaan sedang bersiasat melanggar kontrak obligasi senilai US$ 380 juta tersebut. Perusahaan itu dituding sedang menggunakan ”cara kreatif” untuk memastikan bahwa restrukturisasi utang mereka disetujui kreditor.
Akibat utang perusahaan yang membengkak dan modal yang negatif, perusahaan operator telekomunikasi anak usaha Grup Bakrie, PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL), ini mengurangi jumlah karyawannya.
Baca Juga:
Presiden Direktur Bakrie Telecom Jastiro Abi mengatakan pengurangan pegawai sebagai strategi perusahaan agar operasional menjadi lebih efektif.
”Tapi jumlahnya tidak seberapa, tidak sampai 800 karyawan. Setengahnya dari itu juga enggak sampai,” kata Jastiro ketika dihubungi Tempo, Selasa, 10 Maret 2015. Jastiro enggan merinci jumlah karyawan yang akan dirumahkan oleh perusahaan.
Menurut Jastiro, pengurangan karyawan merupakan bagian dari langkah efisiensi agar operasional perusahaan lebih efektif. Dia membantah kabar bahwa perusahaan terancam bangkrut dengan adanya pengurangan karyawan tersebut. ”Operasional tetap jalan seperti biasa, tapi kondisi keuangan perusahaan memang memaksa kami melakukan efisiensi,” ujarnya.
Jumlah karyawan perusahaan operator telekomunikasi berbasis CDMA dengan merek Esia itu per Desember 2013 mencapai 1.438 orang. Jika karyawan yang dirumahkan mencapai 400 orang, itu berarti 28 persen dari total jumlah karyawan perusahaan.
ANDI IBNU | PRAGA UTAMA