Bustanul menjelaskan, yang dimaksud dengan July atau August shock adalah ketika muncul data hasil panen dan angka ramalan (aram). Ketika kondisi setelah panen raya tidak sesuai harapan, seharusnya pemerintah sudah bisa menentukan prognosa. "Jadi, kalau memang butuh impor, bisa ditentukan sejak pertengahan tahun," kata dia. "Sebab, kalau menentukan impor pada akhir tahun seperti sekarang, saya kira kurang baik."
Bustanul mengungkapkan, secara umum pengaruh iklim panen tahun 2011 seharusnya bisa diperkirakan. Namun, cuaca ekstrim yang terjadi tahun lalu bukan tidak mungkin berubah menjadi lebih ekstrim sehingga mengganggu panen.
Seperti diketahui, tahun ini, Badan Urusan Logistik (Bulog) berencana impor beras sebesar 1,23 juta ton. Impor dilakukan untuk menjaga stok beras bulog 1,5 juta ton pada akhir tahun. Impor dilakukan karena serapan Bulog terhadap produksi beras dalam negeri rendah. Menurut Direktur Utama Bulog, Sutarto Alimoeso, serapan Bulog yang rendah akibat produksi dalam negeri juga rendah. Pernyataan tersebut diungkapkan Sutarto ketika mengetahui angka ramalan (aram) II, yaitu produksi padi sampai dengan akhir bulan Juli hanya 1,17 persen.
Bulog hanya berjanji mengamankan serapan beras dalam negeri hingga 2 juta ton tahun ini. "Padahal, kalau target peningkatan produksi mencapai 3,2 persen, maka pengadaan Bulog bisa capai 3,2 juta ton," kata Sutarto.
Eka Utami Aprilia