TEMPO Interaktif, JAKARTA - Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, memperkirakan Indonesia mengalami defisit beras akhir tahun ini. Kekurangan pasokan itu bisa mencapai 1,7 ton atau 5 persen dari total produksi. "Tapi jika dibantu impor dari Vietnam, defisit nyatanya hanya sekitar 1 juta ton," kata dia kepada Tempo, Rabu 19 Oktober 2011.
Rendahnya produksi beras, kata Winarno, disebabkan gangguan kekeringan sehingga hasil panen kurang bagus. Dia juga merujuk angka ramalan (Aram) produksi beras Badan Pusat Statistik tak menunjukkan peningkatan signifikan. Aram 3 diperkirakan paling banyak mencapai 68,5 juta ton hingga 70 juta ton gabah kering giling.
Peluang defisit beras juga dikatakan Ketua Bidang Kajian Strategis dan Advokasi Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia, Yeka Hendra Fatika. Menurut dia, hingga tiga Desember produksi beras nasional diperkirakan kurang dari kebutuhan masyarakat, yang mencapai 2,5 juta ton per bulan.
Kekurangan produksi akan terjadi secara bertahap, dimana Oktober hingga Desember akan terjadi defisit masing-masing 500 ribu ton, 1,1 juta ton dan 1,2 juta ton. "Produktivitas menurun akibat hujan sehingga gabah basah." ujarnya. Defisi ini akan membuat harga beras naik.
Sementara itu Direktur Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan pihaknya sudah meneken kontrak pembelian beras dengan Vietnam untuk awal tahun depan. Total kontrak baru mencapai 1,2 juta ton. "Komitmen kontrak baru itu akan masuk hingga awal tahun depan," kata dia.
ROSALINA