Laju inflasi Cina yang mencapai 5,1 persen (year on year) di bulan November, atau 3,2 persen (Januari – November) membuat ekspektasi otoritas Negeri Tirai Bambu akan segera kembali menaikkan suku bunga. Dan pertumbuhan ekonomi Cina di triwulan ketiga tahun ini 9,6 persen.
Tingginya angka inflasi di Cina didorong oleh naiknya harga bahan makanan karena ekses likuiditas seiring pesatnya pertumbuhan kredit.
Jumat lalu otoritas perbankan Cina kembali menaikkan reserves reguired rasio (Giro Wajib Minimum) sebesar 50 basis poin untuk mengetatkan likuiditas dipasar. Kucuran pinjaman perbankan Cina hingga bulan November telah mencapai 7,45 triliun yuan (US$ 1,1 triliun) hampir mencapai target pemerintah sebesar 7,5 triliun yuan.
Cina juga diperkirakan juga akan mendorong nilai tukar yuan lebih terapresiasi sebagai salah satu cara mengurangi inflasi.
Spekulasi para pelaku pasar Cina akan menaikkan suku bunga juga didorong oleh surplus perdagangan yang mencapai rekor baru sebesar US$ 22,9 miliar. Cina menaikkan suku bunga pertama kali sejak krisis pada 19 Oktober lalu.
Tingginya inflasi membuat persepsi resiko surat utang Cina juga meningkat. Credit Default Swap (CDS) Cina naik 13,5 basis poin, CDS Brasil juga naik 10 basis poin, Rusia naik 4 basis poin, serta India juga naik 1 basis poin. “Kenaikan CDS negara yang tergabung dalam kelompok BRIC akan berimbas pula terhadap persepsi resiko di negara berkembang lainnya,” tutur Lana.
VIVA B. KUSNANDAR