Prediksi Siregar itu sejalan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) yang memprediksi nilai ekspor Indonesia akan menembus angka US$ 150 miliar pada akhir tahun. Untuk September 2010, angka ekspor tercatat US$ 12,08 miliar atau naik 22,7 persen dibanding periode sama tahun 2009. Sedangkan, angka impor tercatat US$ 9,53 miliar atau naik 11,92 persen dibanding periode sama tahun 2009.
Menurut Mahendra, selain ekspor, nilai impor juga diperkirakan akan meningkat di akhir tahun. Kenaikan ekspor dan impor tersebut diperkirakan karena meningkatnya permintaan menjelang Hari Raya Natal di akhir tahun dan Tahun Baru. "Biasanya dua-duanya akan menguat di akhir tahun. Selain karena demand, juga karena memasuki high season," kata Mahendra.
Dalam waktu tersebut, kenaikan ekspor dan impor selain ditunjang oleh jual beli antara konsumen, juga karena permintaan bahan mentah dari produsen. "Produksi memenuhi akhir tahun kan butuh bahan mentah," katanya.
Khusus untuk neraca perdagangan antara Indonesia dengan Cina, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada September 2010, nilai ekspor ke Cina sebesar US$ 1,089 miliar dan impor sebesar US$ 1,317 miliar. Sedangkan, secara kumulatif neraca perdagangan selama Januari-September 2010 masih defisit US$ 4,9 miliar.
Menurut Mahendra, angka tersebut lebih kecil dibandingkan defisit neraca perdagangan untuk sektor non migas pada 2008, yaitu sebesar US$ 7,5 miliar. "Jadi dengan ini defisitnya berkurang, sebagian besar karena kenaikan ekspor dibandingkan impor," kata Mahendra.
Oleh karena itu, untuk menurunkan angka tersebut, lanjut Mahendra, pemerintah akan memperlebar basis perdagangan dengan China dan menaikkan nilai tambah setiap sektornya.
EVANA DEWI