Pernyataan tersebut terungkap dalam survei HSBC Trade Confidence Monitor yang mengukur tingkat optimisme pelaku perdagangan internasional yang dilakukan sepanjang bulan lalu. Selain itu, HSBC juga mengukur pandangan pelaku perdagangan global terhadap pertumbuhan bisnis ekspor impor selaam enam bulan ke depan.
Survei dilakukan kepada 5.120 pengusaha yang tersebar di 17 negara. Sementara di Indonesia, survei HSBC dilakukan terhadap 300 pengusaha. Para pelaku usaha yang disurvei memiliki omzet usaha Rp 2,5 miliar hingga Rp 1 triliun. Hasil survei HSBC dituangkan dalam bentuk indeks dari 0 sampai 200. Angka 200 merupakan skor tertinggi tingkat optimisme, sedangkan 100 adalah angka netral.
Selain Cina, pelaku Indonesia juga lebih banyak berbisnis dengan pengusaha Asia Tenggara. Berdasarkan survei, 40 persen pengusaha Indonesia memiliki hubungan dagang dengan pengusaha di Asia Tenggara. Sebanyak 25 persen pelaku usaha masih memilih Amerika Serikat dan kanada sebagai negara tujuan ekspor utama. Adapun, negara tujuan perdagangan lainnya adalah Eropa Barat di luar Inggris dan negara Asia lain.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan, Muchtar, mengungkapkan pentingnya penyebaran negara tujuan ekspor Indonesia. "Sehingga tidak bergantung ke negara tujuan ekspor tertentu," kata dia. Jadi, perekonomian tidak akan terpengaruh besar jika terjadi gejolak di pasar tujuan ekspor yang utama.
Berdasar data Kementerian Perdagangan, telah terjadi pergeseran pasar tujuan ekspor Indonesia dari negara tradisional ke negara non-tradisional. Pada periode Januari-Maret 2005, ekspor non minyak dan gas Indonesia ditujukan ke lima negara utama, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Cina, dan Malaysia. Pangsa di kelima negara tujuan ekspor utama mencapai 51 persen terhadap ekspor non migas. Pada 2010 pangsa kelima negara utama tersebut turun menjadi 48 persen.
Hal ini menunjukkan telah terjadi diversifikasi pasar. Pemerintah berharap pangsa ekspor di lima pasar utama terus menurun hingga 43-47 persen selama periode 2010-2014. Sementara, saat ini India dan Korea Selatan juga dipandang sebagai pasar potensial. Pangsa pasar ekspor Indonesia di India dan Korea Selatan mengalami peningkatan masing-masing menjadi 7 persen dan 6 persen.
EKA UTAMI APRILIA