TEMPO Interaktif, Jakarta - Para aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) Greenpeace Jumat (16/4) ini menempelkan stiker pada cokelat Kitkat bertuliskan " Nestle, berikan break pada hutan". Aksi tempel stiker dilakukan Greenpeace di super market besar di Jakarta, Carrefour Lebak Bulus, Hypermart Lebak Bulus, Makro Kelapa Gading, dan Food Hall Kelapa Gading.
Penempelan stiker ini untuk kembali mendesak Nestle, produsen Kitkat untuk benar-benar memutuskan hubungan dengan Sinar Mas yang menurut Greenpeace telah merusak hutan, habitat orang utan.
Kemarin Greenpeace juga memanjat gedung Nestle di Jerman dan menggantunkan banner raksas yang memperlihatkan orang utan yang tengah terancam. Aksi lebih ekstrem dilakukan 30 aktivis Greenpeace di Pertemuan Tahunan Pemegang Saham Nestle di Laussane, Swiss untuk mendesak para pemegang saham Nestle memberikan "break untuk orang utan" dan menghentikan perusakan hutan dan percepatan laju kerusakan iklim.
Juru kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara, Bustar Maitar mengungkapkan Greenpeace konsiten menyatakan pada Nestle, baik di Indonesia dan di seluruh dunia, untuk mengubah kebijakannya. "Dengan membeli produk berasl dari perusakan hutan alam, Nestle tidak hanya memperparah perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati, tetapi juga merusak reputasi perusahaan tersebut. Kami mendesak Nestle menggunakan pengaruhnya untuk memastikan produk mereka sepenuhnya bebas dari minyak kelapa sawit dan kertas Sinar Mas," ujarnya dalam rilis yang diterima Tempo.
Greenpeace meluncurkan kampanye publik untuk mengungkap kaitan Nestle dengan perusakan hutan dan lahan gambut Indonesia sejak 17 Maret lalu.Sebagai respon, Nestle telah memutus kontrak dengan Sinar Mas, yang memang memiliki sejarah perusakan lingkungan. Tetapi Nestle ternyata masih membeli minyak sawit Sinar MAs dari pihak ketiga seperti Cargill.
Meskipun telah menerima hingga 200 ribu email dan fax dari masyarakat di seluruh dunia, Nestle tetap memasok minyak sawitnya dari pihak ketiga yang menggunakan Sinar Mas. Bahkan kertas dari Asia Pulp and Paper (APP) yang juga merupakan bagian dari Sianr MAs juga digunakan pada beberapa kemasan produk Nestle.
"Setiap hari Nestle gagal melakukan langkah konkret menghapus Sinar mas dari rantai suplai mereka, itu mendorong orang utan untuk lebih dekat lagi ke arah kepunahan. Nestle harus bertindak sekarang,"ujar Bustar.
ARYANI KRISTANTI