Menurut Lana, dalam review ekonomi hariannya kepada Tempo hari ini, bank sulit menurunkan suku bunga kredit yang saat ini berkisar antara 11 persen sampai 14 persen karena cost of money yang tinggi, premi risiko, dan overhead cost yang masih tinggi.
Sebelumnya kalangan perbankan juga mengatakan sulit menurunkan Net Interest Margin di bawah 5 persen. Kendati demikian, kata Lana, kalangan perbankan menyatakan optimis akan mampu menyalurkan kredit yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2009.
Lana melihat masih relatif tingginya suku bunga kredit ini merupakan komplikasi antara pasar uang dan pasar obligasi. Maraknya penerbitan obligasi ritel dengan kupon yang cukup tinggi dibandingkan suku bunga deposito membuat bank masih harus mempertahankan suku bunga simpanan yang bersaing.
Kendati suku bunga penjamin Lembaga Penjamin Simpanan ditetapkan 6,5 persen tetapi banyak bank memberikan bunga deposito yang lebih tinggi. Disisi lain, perbankan juga kurang efisien ditunjukkan dengan rasio BOPO (biaya operasional) yang masih tinggi yaitu 86 persen, rasio yang dianggap efisien adalah jika dibawah 70 persen.
"Komplikasi situasi seperti ini memang menyulitkan perbankan untuk menurunkan suku bunga kreditnya sekalipun BI dan
pemerintah terus menghimbau penurunan tersebut," kata Lana.
AGUSSUP