Menurut Irawan, sebanyak 70 persen produk dalam negeri berasal dari produsen usaha kecil dan menengah (UKM). Carrefour, kata dia, sudah berkomitmen akan bertumbuh dengan produsen lokal karena produsen lokal lebih memahami konsumen. "Justru dengan prediksi adanya serbuan produk Cina, produsen berkesempatan untuk meningkatkan kualitas produknya," ujar dia.
Sejak 1 Januari 2010 lalu, bea masuk dari produk yang termasuk kategori Normal Track 1 pada pasar bebas ASEAN-Cina sudah nol persen. Sehingga diprediksi pada tahun ini, produk Cina akan menyerbu Indonesia. Sejumlah pelaku Industri khawatir produknya tidak bisa bersaing dengan produk asal Cina yang lebih murah.
Saat ini produk Cina yang dijual di Carrefour hanya sebagian kecil dari 10 persen produk impor yang dipasok ke perusahaan adal Prancis itu. Hingga memasuki pekan ketiga setelah implementasi FTA ASEAN-Cina, juga belum ada penambahan jumlah produk Cina. "Produk Cina yang dijual di Carrefour di antaranya peralatan rumah tangga," kata dia.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo), Rudi Sumampouw, mengatakan produk Cina akan meramaikan variasi produk yang dijual di toko-toko retail pada 2010. Menurut Rudi, pebisnis retail akan mengutamakan keinginan konsumen. Saat ini para peretail sedang melakukan penjajakan apakah produk Cina disukai konsumen atau tidak. "Dengan sistem pancing ikan," kata dia.
Jadi, jumlah produk Cina yang masuk toko retail belum besar. "Namun, jika pada evaluasi kuartal pertama ternyata 50 persen konsumen menyukai produk Cina, bisa jadi, pengusaha akan menambah produk impor asal Cina," ujarnya.
Baca Juga:
Untuk mempertahankan minat konsumen pada produk Indonesia, peretail membantu mengkampanyekan slogan "100 persen Cinta Produk Indonesia". Meski begitu, sulit mempertahankan minat konsumen dengan hanya kampanye yang dilakukan menjelang pelaksanaan pasar bebas ASEAN-Cina. "Sebab, biasanya untuk menanamkan sebuiah slogan di kepala konsumen butuh waktu enam bulan," ujar dia.
EKA UTAMI APRILIA