Tahun ini ancaman El Nino yang diprediksi terjadi pada Juli hingga Agustus ternyata tak menjadi kenyataan. Yang terjadi hanya pergeseran musim hujan. Kendati demikian, perkiraan musim ini harus diantisipasi. ”Ke depan adaptasi perubahan iklim menjadi salah satu yang mengemuka dan menjadi target paling utama,” tuturnya.
Di antara program utama itu adalah Indonesia harus mulai mengembangkan teknologi hemat air. Misalnya, mengembangkan benih dengan produktivitas tinggi di lahan kering, termasuk meningkatkan kemampuan mengelola air yang bakal menjadi faktor penentu perubahan iklim.
Menurut Bayu, saat ini dari total produksi pertanian, kontribusi produksi di lahan kering sekitar 40 persenan. “Hal itu bukan sesuatu yang buruk karena memang awalnya kita berada dalam situasi air melimpah, sekarang situasi mulai berubah,” ucapnya.
Bayu mengatakan, bencana alam yang mulai mengancam di pengujung tahun ini tidak akan mempengaruhi target produksi padi. Pergeseran musim yang terjadi saat ini pun tidak akan berpengaruh besar terhadap produksi.
Biro Pusat Statistik merilis Angka Ramalan III produksi padi 2009 yang diperkirakan 63,84 juta ton gabah kering giling. Dibandingkan 2008 terjadi peningkatan 3,51 juta ton gabah kering giling atau setara 5,83 persen.
Badan Statistik menyatakan, penyumbang kenaikan produksi di antaranya Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Penurunan produksi diprediksi terjadi antara lain di Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah.
Produksi gabah kering giling di Jawa Barat tahun ini diperkirakan naik 10,64 persen dibandingkan tahun sebelumnya sekitar 2 persen. Angka Badan Statistik menyebutkan, jumlah produksi padi tahun ini di Jawa Barat diperkirakan 11,186 juta ton gabah kering giling. Pada 2008 produksi padi 10,111 juta ton gabah kering giling.
AHMAD FIKRI