Namun dia mengatakan angka itu tidak bersifat absolut. "Karena ada kelebihan likuiditas dari hari ke hari, tapi kami melihat ukuran global makronya akan ada kelebihan likuiditas segitu," ujar Hartadi.
Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 2010 antara 5 dan 5,5 persen, inflasi 5 persen plus minus 1 persen, dan suku bunga acuan 6,5 persen, akan ada kebutuhan likuiditas untuk membiayai pertumbuhan ekonomi. "Tapi juga akan ada kelebihan likuiditas yang harus juga diserap," ujarHartadi.
Dengan perkiraan SBI Rp 300 triliun dengan bunga 6,5 persen, dibutuhkan biaya operasi moneter sekitar 20-21 persen dari anggaran kebijakan. "Itu hanya untuk SBI saja," katanya.
Biaya operasi moneter itu masih sesuai dengan kebijakan-kebijakan lain. "Dari krisis kemarin kebijakan yang diterapkan masih mampu menjaga kestabilan moneter, baik inflasi maupun nilai tukar," katanya.
Kelebihan likuiditas lainnya adalah dari pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang berasal dari luar negeri. "Itu fresh money (uang segar) dari luar negeri dan menambah uang beredar," ujar Hartadi.
Dia mengatakan bank sentral akan menghitung penambahan uang yang beredar. "Yang paling pas dengan perekonomian dan berapa sisanya, itu yang akan diserap," ucap Hartadi.
REZA MAULANA