Profil Prajogo Pangestu
Prajogo Pangestu lahir di Bengkayang, Kalimantan Barat pada 13 Mei 1944. Dia adalah putra dari seorang pedagang karet yang mengawali kariernya sebagai sopir angkutan kota (angkot). Dia juga sempat merantau ke ibu kota Jakarta, tetapi tidak berhasil dan memilih pulang ke kampung halamannya.
Pada 1969, konglomerat dengan nama Tionghoa, Phang Djoen Phen itu mulai bekerja di PT Djajanti Group. Berbekal pengalaman kerjanya, dia merintis sebuah perusahaannya sendiri yang menjadi cikal bakal Barito Pacific pada akhir 1980-an.
Pada 1993, perusahaan kayu milik Prajogo dengan nama Barito Pacific Timber resmi berdiri. Seiring berjalannya berjalannya waktu, dia mengurangi aktivitas bisnisnya di bidang kayu dan mengganti nama menjadi Barito Pacific pada 2007.
Di tahun yang sama, Barito Pacific mengakuisisi 70 persen saham perusahaan petrokimia, Chanda Asri. Selanjutnya, pada 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia hingga menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di tanah air.
Prajogo juga melebarkan sayap bisnisnya ke industri pertambangan batu bara melalui Petrindo Jaya Kreasi yang melantai di bursa saham sejak Maret 2023. Menurut Forbes, Prajogo memiliki harta kekayaan mencapai US$ 51 miliar atau sekitar Rp 800 triliun (kurs Rp 15.698) per Rabu, 30 Oktober 2024.
Profil Boy Thohir
Garibaldi Thohir atau akrab disapa Boy Thohir merupakan anak dari salah satu pemilik grup Astra International, Teddy Thohir. Kariernya diawali dari Astra setelah memperoleh gelar Master of Business Administration (MBA) dari Northrop University, Amerika Serikat.
Setelah itu, pria kelahiran Jakarta pada 1965 itu mencoba peruntungan dengan mendirikan perusahaan properti berupa apartemen di kawasan Casablanca. Namun, akhirnya dia menjual perusahaan tersebut kepada ayahnya.
Pada 1992, Boy Thohir bergabung dengan PT Allied Indo Coal, sebuah perusahaan tambang di daerah Sawah Lunto, Sumatra Barat. Beberapa tahun berselang, dia mengakuisisi perusahaan multifinansial, yaitu PT Wahana Ottomitra Multiartha atau PT WOM Finance pada 1997, yang menyediakan pembiayaan publik terutama pembelian sepeda motor Honda.
Pada 2005, kakak dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir itu mengakuisisi PT Adaro Energy Tbk. dan berhasil menduduki kursi Direktur Utama. Adapun pada 2011, perusahaan tersebut dinobatkan sebagai The Asia’s Fab 50 Companies oleh Forbes, dan di saat yang sama, dia meraih penghargaan sebagai Businessman of the Year oleh Forbes Indonesia.
Melansir laman PT Surya Esa Perkasa Tbk, beberapa jabatan yang pernah dipegang Boy Thohir di antaranya Presiden Direktur PT Surya Esa Perkasa Tbk (2009-2020), Presiden Direktur PT Panca Amara Utama (2012-2018), Presiden Komisaris PT Panca Amara Utama (2018-sekarang), dan Komisaris PT Merdeka Copper Gold Tbk (2014-sekarang).
Menurut Forbes, Boy Thohir dan keluarga mencatatkan jumlah harta kekayaan mencapai US$ 3,3 miliar atau sekitar Rp 51,8 triliun per 12 Juni 2023. Dia juga menduduki peringkat ke-17 sebagai orang terkaya di Indonesia pada 2023.
Selanjutnya: Profil Franky Oesman Widjaja....