INFO BISNIS - Pemerintah rajin membentuk induk usaha BUMN. Tercatat setidaknya sudah ada 18 induk usaha pelat merah hingga pemerintahan Prabowo Subianto bermula. induk usaha ini supaya BUMN semakin fokus, efisien, berdaya saing dan berprestasi.
Gagasan merestrukturisasi BUMN sebetulnya pernah dicetuskan oleh Tanri Abeng, Menteri Pendayagunaan BUMN di era pemerintahan Soeharto dan BJ Habibie. Niat itu muncul setelah melihat kinerja BUMN yang amburadul, tidak efisien dan tidak fokus. Ide lawas ini kemudian direalisasikan secara masif ketika Jokowi menduduki kursi presiden pada 2014 silam. Diharapkan induk usaha BUMN bisa menyaingi Temasek Holdings dan Khazanah Nasional Berhad, induk usaha pelat merah milik Singapura dan Malaysia.
Langkah perdananya adalah menginventarisir kembali perusahaan negara yang terserak di berbagai sektor. Jenis usaha BUMN dirinci satu persatu. Perusahaan negara yang sakit dan tak bisa diselamatkan ditutup. Perusahaan yang mempunyai sektor usaha yang sama lalu dikelompokkan. Kini sudah ada 12 klaster usaha BUMN dan masih bisa bertambah lagi.
Transformasi ini sekaligus merampingkan jumlah BUMN. Dari 118 perusahaan di awal pemerintahan Jokowi kini menyusut menjadi 47 perusahaan di akhir jabatannya. Ke depannya, Menteri BUMN Erick Thohir menargetkan jumlah BUMN cukup 30 perusahaan saja. “Sehingga BUMN semakin kuat menjadi benteng ekonomi nasional menghadapi tantangan global agar cita-cita Indonesia Emas di 2045 bisa tercapai," kata Erick dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Agustus 2024.
Usaha itu mulai menunjukkan hasil. Sepanjang periode 2015-2023, kontribusi fiskal perusahaan pelat merah semakin deras. Bila dihitung selama periode 2015 hingga 2023, kontribusi fiskal BUMN telah mencapai Rp 3.805 triliun atau melebihi duit belanja negara tahun ini. Kontribusi ini berupa setoran pajak, dividen dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) lainnya.
Tahun lalu, BUMN berhasil mencatatkan pendapatan grup hingga Rp 2.900 triliun dan laba Rp 327 triliun pada tahun lalu. Perusahaan pelat merah juga mampu menyelesaikan 81 dari 88 proyek strategis Kementerian BUMN.
Kinerja keuangan BUMN juga semakin baik meski sempat terhantam pandemi Covid-19 di 2021. Nilai aset BUMN menggemuk 80 persen dari Rp 5.760,2 triliun pada 2015 menjadi Rp 10.401,5 triliun pada 2023. Sementara pendapatan usaha naik sekitar 72 persen menjadi Rp 2.932,64 triliun pada 2023. Begitu pun laba BUMN. Keuntungan BUMN naik lebih dua kali lipat dari Rp 149,76 miliar pada 2015 menjadi Rp 327,12 miliar pada 2023.
Selanjutnya: Induk usaha membuat BUMN semakin fokus dan efisien